Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah memiliki salah satu tempat wisata favorit di kalangan wisatawan, yaitu Api Abadi Mrapen.
Namun, kabar mengherankan datang kala Api Abadi Mrapen telah padam total untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Padamnya Api Abadi Mrapen juga disampaikan langsung oleh pengelola tempat Api Abadi Mrapen, David Diyanto.
Baca juga:
- Mengintip Marianna, Resort Bintang 5 Pertama di Samosir
- Kepala Daerah Di Kawasan Danau Toba Hasil Pilkada 2024 Harus Mampu Kembangkan Pariwisata Dan Pertanian
- 5 Pilihan Tempat Kamping di Sumut dengan View yang Indah
- (No title)
- Pameran Wisata Di Indonesia Aja Digelar di Empat Kota, Catat Tanggalnya
Ia mengatakan, api biru yang berkobar melalui lubang pipa di titik sumber Api Mrapen perlahan mengecil sejak sepekan lalu, hingga akhirnya padam total pada 25 September 2020.
Lalu seperti apa latar belakang Api Abadi Mrapen hingga menjadi daya tarik wisata Kabupaten Grobogan?
Jadi sumber nyala api obor PON 1996
Api Abadi Mrapen terkenal sebagai salah satu tempat wisata di Kabupaten Grobogan. Lokasinya berada di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan.
© Disediakan oleh Kompas.com Penjaga mencoba menyulut api di lubang gas alam Api Abadi Mrapen yang padam total, di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Minggu (3/10/2020). Hingga saat ini, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jateng masih berupaya melakukan kajian terkait penyebab terhentinya suplai gas di sumber api legendaris tersebutBerdasarkan data pengelola, api yang menyala karena pasokan gas rawa keluar secara alami dari perut bumi itu belum pernah sekalipun padam.
Hal tersebut yang menjadikan Api Abadi Mrapen unik dan membuat wisatawan datang untuk melihat secara langsung.
Api berwarna biru itu telah melegenda tak hanya di kalangan wisatawan nusantara, namun juga wisatawan mancanegara.
Terang saja, pasalnya, api tersebut pernah digunakan sebagai sumber nyala api obor beberapa perhelatan nasional maupun internasional.
Sebut saja mulai dari pesta olahraga nasional yaitu Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI 23 Agustus 1996.
Bahkan puluhan tahun sebelumnya, Api Abadi Mrapen sempat digunakan sebagai sumber nyala api obor pesta olahraga internasional Ganefo pada 1 Novemberr 1963.
Perhelatan olahraga tersebut mempertemukan sebanyak 2.700 atlet dari 51 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin.
Api Abadi Mrapen juga sempat digunakan sebagai tempat pengambilan Api Obor Asian Games 2018.
Tak hanya itu, Api Abadi Mrapen juga setiap tahunnya digunakan untuk menyalakan obor upacara Hari Raya Waisak bagi umat Buddha.© Disediakan oleh Kompas.com Umat Buddha melakuan ritual pengambilan Api Dhamma Tri Suci Waisak 2562 BE 2018 di obyek wisata Api Abadi Mrapen, Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Minggu (27/5/2018). Api yang diambil ini akan disemayamkan di Candi Mendut hingga keesokan harinya dibawa ke Candi Borobudur sebagai sarana peribadatan perayaan Waisak.
Awal mula Api Abadi Mrapen
Api Abadi Mrapen memiliki cerita sejarah turun temurun yang berkembang di masyarakat. Berdasarkan cerita tersebut, keberadaan Api Abadi Mrapen terkait dengan sejarah masa akhir Kerajaan Majapahit.
Pada saat itu, Kesultanan Demak Bintoro menaklukkan Kerajaan Majapahit pada 1500-1518 Masehi.
Api Abadi Mrapen, konon telah muncul usai Sunan Kalijaga mencari sumber air untuk prajuritnya dengan cara menancapkan tongkatnya ke tanah.
Bukannya menyemburkan air, lubang bekas tongkat tersebut justru menyemburkan api yang hingga kini dipercaya merupakan titik awal munculnya sumber Api Abadi Mrapen.
Oleh karena tujuannya belum tercapai, Sunan Kalijaga pun menancapkan tongkatnya untuk kedua kali di tempat lain.
Berhasil, lubang tersebut pun mengeluarkan sumber air yang bersih dan bening. Air itu pun dimanfaatkan rombongan prajurit untuk minum.
Wisatawan masih bisa melihat sumber mata air itu yang berada tak jauh dari titik Api Abadi Mrapen.
Sumber mata air itu bernama Sendang Dudo dan memiliki kedalaman dua meter, serta berdiameter tiga meter.
sumber: kompas.com
Tinggalkan Balasan