Berlibur ke berbagai destinasi wisata rasanya kurang lengkap kalau tidak berburu oleh-oleh berupa kerajinan khas daerah untuk diri sendiri maupun untuk orang terdekat.
Membeli kerajinan sebagai oleh-oleh atau cendera mata bisa menjadi kenang-kenangan tersendiri. Apalagi, setiap destinasi wisata di Indonesia biasanya punya jenis kerajinan yang berbeda-beda.
Contohnya, daerah Cirebon identik dengan kain batiknya, daerah Lombok dengan kain tenunnya, atau kerajinan gerabah khas Yogyakarta.
Buat Anda yang berencana liburan #DiIndonesiaAja dan mau berbelanja kerajinan tangan, tidak perlu repot berkeliling ke setiap sudut kota.
Pasalnya, beberapa destinasi wisata di Indonesia telah memiliki pusat-pusat kerajinan yang menjual berbagai macam kerajinan dalam satu tempat. Berikut ulasan tentang empat pusat kerajinan legendaris di Nusantara.
Pasar Seni Ancol, Jakarta
Pasar Seni Ancol didirikan pada 1977 sebagai bentuk kepedulian pemerintah provinsi DKI Jakarta atas kelangsungan hidup para seniman berbakat. Pasar yang berada di kawasan Taman Impian Jaya Ancol ini menjadi wadah agar karya-karya para seniman mendapat apresiasi publik.
Pada masa tertentu, Pasar Seni Ancol pernah menjadi lokasi berkumpulnya maestro-maestro seni Indonesia, seperti Affandi dan Sudjono.© Disediakan oleh Kompas.com Seorang pembatik sedang mengerjakan salah satu motif batik Betawi.
Terdapat ratusan kios di lahan seluas 5,25 hektare yang berfungsi sebagai studio seniman dan ruang usaha kreatif. Di sini, berbagai karya kreatif para seniman ditampilkan, mulai dari lukisan, patung, suvenir, hingga pahatan.
Selain itu, sejak 2018 Pasar Seni Ancol juga memiliki pusat oleh-oleh Kebudayaan Betawi. Pusat oleh-oleh itu menjadi salah satu tempat para wisatawan untuk mencari buah tangan khas Betawi, seperti kuliner, batik Jakarta, dan cendera mata.
Pasar Seni dan Wisata Gabusan, Bantul, Yogyakarta
Terletak sekitar 10 kilometer di selatan pusat Kota Yogyakarta, Pasar Seni dan Wisata Gabusan menjadi pusat produk kerajinan dan karya seni warga Bantul, Yogyakarta. Didirikan pada 2004, pasar seni ini sempat mati suri, tapi akhir 2019 lalu Pasar Seni dan Wisata Gabusan direvitalisasi dan dihidupkan kembali.
Dengan luas sekitar 4,5 hektare, pasar ini memiliki sekitar 400 kios yang terbagi ke dalam 16 los. Pembagian los ditentukan oleh bahan dasar kerajinan yang dijual, mulai dari kerajinan berbahan perak, kulit, kayu, kerajinan berbahan batik, kerajinan dari bambu, lukisan, hingga kerajinan berbahan gerabah.© Disediakan oleh Kompas.com Ilustrasi kerajinan gerabah yang menjadi salah satu oleh-oleh khas Yogyakarta
Tak hanya toko kerajinan, Pasar Seni dan Wisata Gabusan juga memiliki fasilitas lain, seperti ruang pameran, pusat informasi, taman edukasi, pusat kuliner, co-working space dengan WiFi, sarana ibadah, dan wahana permainan.
Bagi wisatawan yang ingin belajar membuat kerajinan tangan khas Yogyakarta, Pasar Seni dan Wisata Gabusan juga kerap membuka kelas-kelas workshop untuk umum, seperti kelas membatik dan kelas membuat gerabah.
Pasar Triwindu, Solo
Bagi Anda penggemar atau kolektor barang-barang antik, jangan sampai melewatkan Pasar Triwindu saat berlibur ke Kota Solo, Jawa Tengah. Pasar yang berada di Jalan Diponegoro ini dibangun pada 1939 oleh Raja Pura Mangkunegaran, KGPAA Mangkunegara VII, sebagai kado ulang tahun ke-24 tahun Gusti Putri Mangkunegara VII bernama Noeroel Kamaril.
“Pasar (Triwindu) awalnya itu Pasar Windujenar. Mungkin masyarakat latah dan kurang enak didengar namanya. Akhirnya pada Juni 2011 berubah nama jadi Pasar Triwindu hingga sekarang,” papar Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Triwindu Dodi Sudarsono, seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (11/1/2019).© Disediakan oleh Kompas.com Pasar Triwindu menjadi salah satu surga barang antik di Solo, Jawa Tengah
Di pasar ini, Anda bisa menemukan berbagai jenis barang antik dan kuno. Misalnya, uang koin dan kertas keluaran tahun 1800-an, wayang kulit, keris kuno, mainan tradisional, topeng kuno, batik, hingga perkakas rumah tangga.
Keunikan barang-barang yang dijual di Pasar Triwindu tidak hanya menarik kedatangan turis lokal, tapi juga menjadi daya tarik turis asing.
Pasar Seni Ubud, Bali
Pasar Seni Ubud menjadi salah satu pasar yang banyak dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara. Lingkungan serta suasana pedesaan tradisional khas Bali yang masih dipertahankan di kawasan Ubud membuat pasar seni ini tampil beda dari pasar seni lain.
Berlokasi persis di seberang Puri Agung Ubud, tepatnya Jalan Raya Ubud No 35, Pasar Seni Ubud sudah berdiri sejak zaman Kerajaan Ubud.
Seiring waktu, pasar tradisional yang tadinya menjual kebutuhan sehari-hari itu berkembang menjadi pasar yang menjual aneka barang seni dan aneka kerajinan tangan khas Bali. Mulai dari baju khas Bali, kerajinan perak, camilan, lukisan, pahatan atau ukiran kayu khas Bali, hingga tas rotan yang modis.© Disediakan oleh Kompas.com Ilustrasi wisatawan – Seorang turis asing sedang berbelanja di Pasar Seni Ubud, Bali.
Waktu terbaik untuk berbelanja di Pasar Seni Ubud adalah pagi hari. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan peluang membeli barang dengan harga lebih murah. Bagi yang mau berbelanja di sini, sangat disarankan untuk membawa uang tunai karena mayoritas penjual tidak menyediakan mesin debit.
Itulah empat pusat kerajinan legendaris di Indonesia. Selain keempat pasar itu, Indonesia juga masih punya berbagai tempat lain yang tidak kalah menarik untuk dieksplorasi.
Saat berkunjung ke tempat tersebut, jangan lupa untuk selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan sesuai standar Cleanliness, Healthy, Safety, dan Environment Sustainability (CHSE).
Misalnya, dengan rutin mencuci tangan menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer, mengenakan masker, menjaga jarak fisik aman, serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Dengan berbelanja di pasar kerajinan khas suatu daerah, Anda tidak hanya mendapatkan beragam cendera mata menarik, tapi juga dapat mendukung keberlangsungan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia.
Jadi, liburan Anda #DiIndonesiaAja tidak hanya menyenangkan tapi juga bermanfaat untuk masyarakat setempat.
sumber: kompas.com
Tinggalkan Balasan