Mengungkap Peradilan Kuno di Jantung Samosir
Pulau Samosir tidak hanya menawarkan keindahan alam Danau Toba yang memukau, tetapi juga menyimpan lapisan sejarah dan budaya yang kental. Salah satu destinasi yang wajib dikunjungi untuk merasakan atmosfer Batak kuno secara otentik adalah Huta Siallagan, sebuah desa adat yang menjadi rumah bagi situs legendaris Batu Persidangan Raja Siallagan.
Berlokasi di Desa Ambarita, Kecamatan Simanindo, Huta Siallagan bukan sekadar desa wisata biasa. Ini adalah sebuah museum hidup yang membawa pengunjungnya kembali ke masa ketika hukum adat, ritual magis, dan peradilan raja dijalankan secara harfiah di atas batu.
Sekilas Tentang Huta Siallagan: Kampung Kuno Marga Siallagan
Huta Siallagan adalah sebuah perkampungan Batak kuno yang didirikan oleh Raja Laga Siallagan. Keasliannya terjaga berkat tembok batu setinggi 1,5 hingga 2 meter yang mengelilingi seluruh area kampung, berfungsi sebagai benteng pertahanan di masa lalu.
Saat memasuki gerbang bertuliskan “Huta Siallagan”, pengunjung akan disambut oleh patung batu penjaga yang disebut “pangulubalang”, yang dipercaya dapat mengusir roh jahat. Di dalam kompleks, berjajar rapi delapan rumah adat Batak (Rumah Bolon) yang diperkirakan telah berusia ratusan tahun.
Di tengah kampung, berdiri tegak sebatang pohon keramat bernama Hau Habonaron, yang berarti “Pohon Kebenaran”. Di dekat pohon inilah terletak situs utama yang menjadi magnet bagi wisatawan: Batu Persidangan.
Batu Persidangan: Pusat Kekuasaan dan Peradilan Raja Siallagan
Situs antropologi ini merupakan bukti nyata sistem peradilan yang berlaku pada masa kerajaan Batak kuno. Batu Persidangan (atau Batu Parsidangan) terbagi menjadi dua area dengan fungsi yang berbeda, menceritakan alur sebuah pengadilan dari musyawarah hingga eksekusi.
1. Lokasi Pertama: Tempat Musyawarah dan Mengadili Perkara Area pertama adalah tempat persidangan utama. Terdiri dari meja dan kursi yang seluruhnya terbuat dari batu masif, formasi ini ditata untuk sebuah pertemuan resmi:
- Kursi untuk Raja dan Permaisuri
- Kursi untuk para tetua adat (penasihat raja)
- Kursi untuk raja dari huta (kampung) tetangga
- Kursi untuk Datu (dukun atau penasihat spiritual)
Di sinilah segala perkara, mulai dari pelanggaran adat hingga kejahatan berat, dibahas dan diadili. Tersangka akan dibawa ke hadapan raja dan para tetua untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
2. Lokasi Kedua: Tempat Eksekusi yang Mengerikan Tidak jauh dari area persidangan, terdapat susunan batu kedua yang lebih menyeramkan. Area ini adalah tempat eksekusi bagi mereka yang divonis bersalah dan dijatuhi hukuman mati.
Prosesi eksekusi di masa lalu sangat mengerikan. Terpidana akan dipasung, lalu dibawa ke batu pancungan. Tubuhnya diletakkan tertelungkup dengan leher berada tepat di atas cekungan batu. Algojo kemudian akan mengeksekusi dengan pedang tajam. Setelah itu, Sang Datu akan melakukan ritual dengan menusukkan tongkat Tunggal Panaluan ke jantung korban, lalu hati dan jantungnya akan dikeluarkan untuk ritual lebih lanjut.
Kisah Kanibalisme: Mitos atau Fakta?
Ritual pasca-eksekusi inilah yang memunculkan dugaan kuat bahwa masyarakat Batak kuno mempraktikkan kanibalisme. Konon, organ tubuh musuh yang tertangkap atau penjahat besar akan dimasak dan dimakan bersama dalam sebuah upacara. Hal ini dipercaya bukan karena kelaparan, melainkan sebagai ritual untuk mendapatkan kekuatan spiritual dan magis dari orang yang dimakan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa praktik ini telah berhenti total sejak awal abad ke-19 setelah Raja Siallagan dan masyarakatnya memeluk agama Kristen. Kini, kisah tersebut menjadi bagian dari sejarah kelam yang justru menarik rasa penasaran wisatawan.
Informasi Praktis untuk Wisatawan
- Lokasi: Huta Siallagan, Desa Ambarita, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
- Cara Menuju Lokasi: Lokasinya sangat strategis, hanya berjarak sekitar 5 km dari Tomok. Anda bisa mencapainya dengan mudah menggunakan sepeda motor sewaan dari Tuktuk atau dengan kendaraan pribadi.
- Harga Tiket Masuk: Pengunjung biasanya dikenakan biaya tiket masuk yang sangat terjangkau, sekitar Rp 10.000 – Rp 20.000 per orang (harga dapat berubah).
- Jam Buka: Desa wisata ini umumnya buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 18.00 WIB.
- Tips Berkunjung:
- Sewa Pemandu Lokal: Untuk mendapatkan cerita yang utuh dan mendalam, sangat disarankan untuk menggunakan jasa pemandu lokal yang ada di lokasi.
- Kenakan Pakaian Sopan: Hormati Huta Siallagan sebagai kampung adat dan situs bersejarah.
- Jangan Ragu Bertanya: Masyarakat setempat ramah dan merupakan keturunan langsung dari marga Siallagan.
Huta Siallagan dan Batu Persidangan adalah destinasi primadona di Samosir yang menawarkan lebih dari sekadar pemandangan. Tempat ini menyajikan perpaduan unik antara arsitektur tradisional yang indah, sejarah hukum adat yang kuat, dan kisah ritual masa lalu yang menegangkan. Mengunjungi Huta Siallagan adalah sebuah perjalanan melintasi waktu yang akan memberikan Anda pemahaman mendalam tentang kekayaan budaya Batak.
Sorry, no records were found. Please adjust your search criteria and try again.
Sorry, unable to load the Maps API.
1 Reviews on “Huta Siallagan & Misteri Batu Persidangan”
tempatnya unik, peninggaln yang menunjukkan bagaimana generasi dulu memutuskan perkara dengan sidang pengadilan