Buleleng kini tengah mengincar potensi pangsa pasar ekspor untuk komoditas buah-buahan. Salah satunya adalah komoditas buah manggis. Komoditas tersebut kerap diburu pasar dari Tiongkok, utamanya jelang Tahun Baru Imlek. Untuk memenuhi ambisi itu, kini pemerintah tengah berusaha menggenjot budidaya manggis.
Saat ini produksi manggis di Buleleng menyentuh angka 10,5 ton. Sejumlah petani telah berhasil menembus pasar ekspor, melalui agen yang bermarkas di Denpasar. Namun produksi itu masih belum cukup. Rencananya pemerintah akan membuka 50 hektare kebun manggis baru di Kecamatan Busungbiu.
Tercatat ada lima desa yang diincar jadi lokasi penghasil manggis. Masing-masing Desa Pucakasari, Umajero, Telaga, Kedis, dan Subuk. Kondisi iklim dan cuaca di desa-desa tersebut dianggap cocok untuk pengembangan komoditas manggis.
“Nanti di masing-masing des aitu dibuka 10 hektare kebun baru, jadi totalnya 50 hektare. Dari Kementerian Pertanian sudah siap memberi bantuan pengembangan kawasan manggis,” kata Kabid Hortikultura pada Dinas Pertanian Buleleng, I Gede Subudi.
Ia menjelaskan petani akan mendapat paket bantuan. Yakni bibit manggis varietas kaligesing sebanyak 100 pohon per hektare, dua ton pupuk organik per hektar, 300 kilogram pupuk dolomit per hektare, serta 100 kilogram pupuk NPK per hektare.
Ia mengaku telah melakukan sosialisasi pada kelompok tani di masing-masing desa. Bantuan akan disalurkan secara bertahap mulai Juni. Khusus pupuk sudah didistribusikan sejak Juni untuk persiapan pengolahan lahan. “Nanti sekitar bulan Oktober akan datang bantuan bibit, penanamannya sudah bisa dilakukan pada November. Harapannya dalam lima tahun sudah bisa berbuah,” kata Subudi.
Ia optimistis pengembangan komoditas itu akan berkembang dengan optimal. Sebab dari kondisi wilayah, sangat cocok untuk pengembangan manggis. Ditambah lagi pasar ekspor untuk manggis masih terbuka lebar. Utamanya menyasar negara-negara di wilayah Asia Timur seperti Tiongkok, Hongkong, dan Taiwan.
Sumber: Radar Bali
Tinggalkan Balasan