Atasi Masalah Eceng Gondok, AQUA dan Warga Bersihkan Danau Toba 

8 Nov 2024 3 min read No comments Uncategorized @id
Featured image

 Danau Toba, salah satu destinasi wisata prioritas Indonesia, kini menghadapi ancaman serius dari pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali. Data terbaru menunjukkan sekitar 381,8 hektare permukaan danau telah tertutup oleh tanaman invasif ini, yang membentang di 23 kecamatan di tiga kabupaten: Tapanuli Utara, Toba, dan Simalungun.

Permasalahan ini semakin mengkhawatirkan karena eceng gondok tidak hanya mengancam keindahan danau seluas 112.790 hektare tersebut, tetapi juga berdampak pada ekosistem perairan. Tanaman ini dapat menghambat aliran air, mengurangi kadar oksigen, dan merusak habitat ikan serta flora air lainnya.

1. Tantangan pengelolaan sampah di kawasan Danau Toba

Atasi Masalah Eceng Gondok, AQUA dan Warga Bersihkan Danau Toba 
Kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif

Berdasarkan Data Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Kabupaten Toba menghasilkan rata-rata 31.794 ton sampah per tahun sejak 2022. Kondisi ini diperparah dengan fakta, hanya 0,94 persen sampah yang berhasil dikurangi, sementara 37 persen ditimbun di TPA, dan 62 persen sisanya tidak terkelola dengan baik.

Permasalahan sampah ini tidak hanya berasal dari rumah tangga, tetapi juga dari sektor industri dan pariwisata yang terus berkembang di kawasan tersebut. Situasi ini mencerminkan pentingnya sistem pengelolaan sampah yang lebih baik untuk menjaga kelestarian Danau Toba.

2. Upaya pengendalian eceng gondok

Atasi Masalah Eceng Gondok, AQUA dan Warga Bersihkan Danau Toba 
AQUA Wujudkan Komitmen Hijau dengan Aksi Bersihkan Danau Toba (Dok. Aqua)

Dalam upaya mengatasi masalah eceng gondok, Aqua yang bekerja sama dengan berbagai pihak seperti Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir, Pandawara Group dan masyarakat setempat, berkolaborasi melakukan aksi nyata. Salah satunya adalah kegiatan “Clean-Up Action!” yang diadakan di Desa Lumban Suhi Suhi, Kabupaten Samosir. Kegiatan ini berhasil mengumpulkan 12 ton eceng gondok dalam waktu kurang dari tiga jam.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir, Edison Pasaribu, menekankan pentingnya kolaborasi dalam mengatasi masalah ini.

“Kegiatan seperti ini sangat dibutuhkan untuk mengatasi tantangan lingkungan di Danau Toba, khususnya masalah eceng gondok yang harus segera ditanggulangi. Karena eceng gondok sangat cepat pertumbuhannya, kami harapkan semua kabupaten di kawasan Danau Toba ikut berperan,” ujarnya.

3. Pemanfaatan eceng gondok untuk ekonomi kreatif

 

Atasi Masalah Eceng Gondok, AQUA dan Warga Bersihkan Danau Toba 
Ilustrasi kerajinan eceng gondok (Skylar Kang/Pexels)

Hasil pengumpulan eceng gondok tidak terbuang sia-sia. Sebanyak 90 persen dari eceng gondok yang terkumpul dimanfaatkan menjadi pupuk, sedangkan sisanya diolah menjadi bahan kerajinan tangan di Bank Sampah Eceng Gondok di Sitanggang Bau, Desa Parsaoran Satu, Kecamatan Pangururan.

Di bank sampah ini, eceng gondok diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi seperti tas, topi, dan sandal yang kemudian dipasarkan di hotel serta toko oleh-oleh di sekitar Danau Toba. Selain itu, eceng gondok juga dapat diolah menjadi pupuk organik, pakan ternak, dan bahan baku biogas.

4. Dampak ekologis pada ekosistem Danau Toba

Atasi Masalah Eceng Gondok, AQUA dan Warga Bersihkan Danau Toba 
Kondisi eceng gondok di Rawa Pening Kabupaten Semarang. (Dok. Pertamina)

Pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali memberikan dampak serius terhadap ekosistem Danau Toba. Jeffri Ricardo, Senior Sustainable Packaging Circularity Manager AQUA, menjelaskan permasalahan ini memerlukan penanganan berkelanjutan.

“Kami berkomitmen untuk terus memperkuat infrastruktur dan kapasitas pengelolaan sampah melalui kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan,” ujarnya. Hal ini mencakup pengembangan unit bisnis daur ulang, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), dan bank sampah.

5. Program edukasi dan pemberdayaan masyarakat

Atasi Masalah Eceng Gondok, AQUA dan Warga Bersihkan Danau Toba 
ilustrasi sampah plastik (pexels.com/SHVETS production)

Program edukasi lingkungan telah dijalankan melalui berbagai inisiatif, termasuk gerakan #BijakBerplastik yang dirintis sejak tahun 2018. Program ini fokus pada pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah, edukasi kepada konsumen dan masyarakat, serta inovasi kemasan produk.

Lebih dari 1.000 warga, termasuk siswa dan masyarakat setempat, telah terlibat dalam inisiatif tersebut. Program ini juga memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat lokal, terutama ibu rumah tangga yang menjadi pekerja di bank-bank sampah.

Pemerintah daerah bersama berbagai pemangku kepentingan terus mengembangkan strategi jangka panjang untuk mengatasi permasalahan eceng gondok. Ini termasuk pengembangan infrastruktur pengolahan sampah dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan limbah.

Kolaborasi multi-pihak ini telah menghasilkan beberapa pencapaian positif. Misalnya, di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, Bank Sampah Tarhilala mampu mengumpulkan hingga 20 ton sampah per bulan, termasuk plastik, karton, kaleng, dan botol kaca. Model pengelolaan sampah seperti ini diharapkan dapat diterapkan di lebih banyak lokasi di sekitar Danau Toba.

Sumber: Idntimes.com

Author: 1toba

Tinggalkan Balasan