Tasak Telu adalah hidangan istimewa dari Suku Karo di Sumatera Utara. Ini bukan sekadar makanan biasa, melainkan bagian penting dari identitas, upacara adat, dan kehidupan sosial masyarakat Karo.
Nama “Tasak Telu” sendiri berarti “masak tiga” dalam bahasa Karo. Angka “tiga” ini memiliki beberapa arti, yang membuat hidangan ini sangat unik:
- Tiga Bahan Utama: Arti yang paling umum adalah hidangan ini terbuat dari tiga bahan utama: ayam kampung, sayuran (biasanya daun singkong), dan kelapa parut.
- Tiga Jenis Masakan: Dalam upacara adat yang lengkap, Tasak Telu disajikan sebagai satu set yang terdiri dari tiga masakan berbeda: hidangan utama ayam, gulai kental bernama Cipera, dan urap sayur yang disebut cincang sayur.
- Tiga Cara Memasak: Ada juga yang mengartikannya sebagai tiga proses memasak, yaitu merebus (belgang), menumis tanpa minyak (tangas), dan menggunakan bahan mentah (matah).
- Tiga Rasa Utama: Hidangan ini juga dikenal karena keseimbangan tiga rasa utamanya: asam, pedas, dan gurih (asin).
Angka “tiga” ini sangat penting dalam budaya Karo. Ini mirip dengan sistem kekerabatan mereka yang disebut Rakut Sitelu (“ikatan tiga”), yang menjadi dasar tatanan sosial masyarakat Karo. Rakut Sitelu terdiri dari tiga kelompok keluarga yang saling berhubungan: kalimbubu (pihak pemberi istri yang dihormati), senina (kelompok sendiri), dan anak beru (pihak pengambil istri yang bertugas dalam upacara).
Jadi, Tasak Telu bukan hanya makanan. Strukturnya yang serba “tiga” menjadi cerminan dari struktur masyarakat Karo itu sendiri. Saat menyantap Tasak Telu dalam upacara adat, masyarakat seolah-olah sedang menegaskan kembali tatanan sosial dan budaya mereka.
Bahan-Bahan dan Cara Membuatnya
Berikut adalah penjelasan sederhana mengenai bahan-bahan utama yang membuat Tasak Telu begitu khas, serta cara pembuatannya.
Bahan Utama: Ayam Kampung
Tasak Telu yang asli harus menggunakan ayam kampung. Ini bukan tanpa alasan. Daging ayam kampung dianggap lebih gurih, beraroma, dan teksturnya lebih kuat sehingga tidak mudah hancur saat dimasak lama. Secara simbolis, ayam kampung melambangkan keaslian dan kekuatan, nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Karo.
Sayuran Khas Tanah Karo
Sayuran yang paling sering digunakan adalah daun singkong (bulung gadong). Namun, resepnya cukup fleksibel. Sayuran lain seperti daun ubi jalar, jantung pisang, atau kacang panjang juga sering digunakan, tergantung musim dan ketersediaan di daerah masing-masing. Ini menunjukkan bahwa Tasak Telu adalah hidangan yang sangat terikat dengan hasil bumi lokal.
Bumbu Khas: Andaliman dan Asam Cekala
Cita rasa Tasak Telu yang unik berasal dari dua bumbu kunci:
- Andaliman: Sering disebut “merica Batak”, bumbu ini memberikan rasa pedas yang khas dengan sensasi sedikit kebas atau bergetar di lidah.
- Asam Cekala: Ini adalah buah dari tanaman kecombrang yang memberikan rasa asam yang segar dan aroma bunga yang khas.
Selain itu, digunakan juga bumbu lain seperti bawang merah, bawang putih, serai, lengkuas, dan cabai rawit dalam jumlah banyak untuk menciptakan rasa pedas yang kuat.
Penggunaan Getah (Darah Ayam) dan Versi Halalnya
Salah satu ciri khas Tasak Telu tradisional adalah penggunaan darah ayam segar, yang disebut getah. Darah ini dicampur dengan bumbu dan dimasak hingga menjadi saus yang kental dan gurih. Bagi banyak orang Karo, inilah “kunci” kelezatan Tasak Telu yang asli.
Namun, seiring waktu, muncul adaptasi agar hidangan ini bisa dinikmati oleh lebih banyak orang, termasuk yang beragama Islam. Dalam versi halal, getah digantikan dengan hati ayam yang digiling halus. Hati ayam ini mampu memberikan warna gelap, kekayaan rasa, dan tekstur yang mirip dengan saus darah, sehingga menjadi pengganti yang sangat baik. Adaptasi ini membuat Tasak Telu bisa dinikmati oleh berbagai kalangan dan tetap relevan hingga kini.
Resep Sederhana Tasak Telu
Bahan:
- 1 ekor ayam kampung, direbus lalu disuwir
- 1 ikat daun singkong, direbus lalu dicincang
- 1/2 butir kelapa parut
- Untuk Versi Tradisional: Darah (getah) dari 1 ekor ayam, dicampur perasan jeruk nipis.
- Untuk Versi Halal: 2 pasang hati dan ampela ayam, direbus lalu dihaluskan.
- Bumbu Halus: Cabai rawit, bawang merah, bawang putih, jahe, andaliman.
- Bumbu Lain: Asam cekala (geprek), serai (geprek), daun jeruk, garam, dan air kaldu ayam.
Cara Membuat:
- Siapkan ayam dan sayuran yang sudah direbus dan dicincang.
- Haluskan semua bumbu.
- Untuk Versi Halal: Tumis bumbu halus hingga wangi. Masukkan hati ayam yang sudah dihaluskan, aduk rata. Masukkan serai dan asam cekala.
- Untuk Versi Tradisional: Campurkan bumbu halus ke dalam darah ayam, lalu masak hingga mendidih sambil diaduk. Masukkan serai dan asam cekala.
- Masukkan daun singkong cincang, kelapa parut, dan ayam suwir. Tambahkan sedikit air kaldu agar tidak terlalu kering. Aduk terus hingga semua bahan tercampur rata dan matang. Beri garam secukupnya.
- Sajikan selagi hangat.
Tasak Telu dalam Pesta Adat
Dalam upacara adat, “Tasak Telu” bukan hanya satu masakan, melainkan sebuah set hidangan lengkap yang terdiri dari tiga bagian utama.
1. Hidangan Utama (Ayam Tasak Telu)
Ini adalah hidangan inti berupa ayam suwir yang dicampur dengan sayuran, kelapa parut, dan bumbu kaya rasa (menggunakan getah atau hati ayam). Hidangan ini melambangkan persembahan utama dalam sebuah upacara.
2. Cipera (Gulai Kental dari Tepung Jagung)
Cipera adalah gulai kental yang dibuat dari sisa tulang dan daging ayam, lalu dikentalkan dengan tepung jagung sangrai. Hidangan ini menambah kekayaan rasa dan sering disajikan untuk menyambut tamu kehormatan. Penggunaan jagung juga melambangkan rasa syukur atas hasil panen.
3. Pelengkap (Kuah Sup dan Cincang Sayur)
Set hidangan ini dilengkapi dengan:
- Kuah Sup: Kaldu bening dari rebusan ayam disajikan terpisah dalam mangkuk atau gelas. Fungsinya untuk menyegarkan mulut dan memberikan rasa hangat.
- Cincang Sayur: Urap sayuran rebus yang dicampur dengan kelapa parut berbumbu, memberikan tekstur dan rasa segar sebagai penyeimbang.
Peran Tasak Telu dalam Budaya Karo
Tasak Telu adalah hidangan yang wajib ada dalam berbagai upacara adat Suku Karo.
- Pesta Panen (Merdang Merdem): Disajikan sebagai hidangan utama sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
- Pernikahan: Menjadi simbol penyatuan dua keluarga dan doa untuk kebahagiaan pasangan pengantin.
- Upacara Kematian: Disajikan sebagai bentuk penghormatan tertinggi kepada arwah yang telah meninggal.
- Acara Syukuran Lainnya: Seperti acara tujuh bulanan kehamilan, sebagai wujud syukur atas berkat yang diterima.
Secara filosofis, tiga komponen utamanya (ayam, nasi, dan daun singkong) melambangkan kehidupan, kesuburan, dan keharmonisan. Proses memasaknya yang sering dilakukan secara gotong royong juga mempererat ikatan sosial dan kebersamaan dalam masyarakat.
Uniknya, dalam persiapan untuk pesta adat besar, yang bertugas memasak Tasak Telu justru kaum pria. Ini adalah bagian dari kewajiban adat kelompok anak beru (pihak pengambil istri) untuk melayani kelompok kalimbubu (pihak pemberi istri). Dengan demikian, memasak di sini bukanlah sekadar urusan domestik, melainkan sebuah tugas ritual yang terhormat.
Tasak Telu Dibandingkan Makanan Lain
Untuk lebih memahami Tasak Telu, kita bisa membandingkannya dengan hidangan lain.
BPK vs. Tasak Telu
Babi Panggang Karo (BPK) adalah masakan Karo yang paling terkenal dan mudah ditemukan di mana-mana. Sebaliknya, Tasak Telu lebih sulit ditemukan karena statusnya sebagai hidangan upacara adat. BPK telah menjadi ikon komersial, sementara Tasak Telu tetap menjadi pusaka seremonial yang lebih eksklusif.
Tasak Telu Karo vs. Tasak Telu Alas
Ternyata, Suku Alas di Aceh Tenggara juga punya hidangan bernama Tasak Telu. Meski namanya sama dan sama-sama menggunakan ayam kampung, keduanya sangat berbeda. Tasak Telu versi Alas lebih mirip sup ayam, dan arti “tiga” merujuk pada tiga bumbu utama: cabai rawit, serai, dan bawang merah. Versi ini tidak menggunakan kelapa parut atau darah ayam.
Berikut perbedaannya:
Fitur | Tasak Telu (Karo) | Tasak Telu (Alas) |
Bentuk Akhir | Semi-kering seperti urap | Berkuah seperti sup |
Arti “Tiga” | 3 bahan (ayam, sayur, kelapa) atau 3 masakan | 3 bumbu (cabai, serai, bawang) |
Bumbu Khas | Andaliman, asam cekala | Serai, cabai, bawang |
Penggunaan Darah/Hati | Ya | Tidak |
Penggunaan Kelapa | Ya | Tidak |
Tasak Telu di Zaman Modern
Saat ini, Tasak Telu tidak hanya disajikan saat upacara adat. Hidangan ini sudah mulai bisa ditemukan di beberapa rumah makan khas Karo. Ini membuat Tasak Telu lebih mudah diakses oleh masyarakat luas.
Bahkan, sudah ada adaptasi modern seperti “Rice Bowl Manuk Tasak Telu” yang praktis untuk gaya hidup perkotaan. Pemerintah daerah juga melihat potensi Tasak Telu sebagai daya tarik wisata kuliner dan mendorong hotel-hotel untuk menyajikannya.
Namun, ada beberapa tantangan:
- Sulit Ditemukan: Masih belum banyak rumah makan yang menjualnya.
- Harga Bahan Baku: Harga bumbu kunci seperti andaliman bisa sangat mahal dan tidak stabil, terkadang mencapai Rp250.000 hingga Rp500.000 per kilogram.
- Menjaga Keaslian: Ada risiko resep diubah untuk menyesuaikan dengan selera wisatawan atau menekan biaya produksi, sehingga cita rasa aslinya bisa hilang.
Menjaga Warisan Rasa
Tasak Telu adalah cerminan budaya Suku Karo yang kaya. Ia adalah simbol tatanan sosial, hidangan upacara yang sakral, dan warisan kuliner yang lezat. Di zaman modern, Tasak Telu menghadapi tantangan baru antara menjaga tradisi dan beradaptasi dengan pasar.
Untuk melestarikannya, diperlukan upaya bersama. Beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Mencatat Resep Asli: Mendokumentasikan berbagai resep Tasak Telu dari keluarga-keluarga di Tanah Karo.
- Mendukung Petani Lokal: Membantu petani untuk membudidayakan bumbu-bumbu khas seperti andaliman agar pasokannya stabil dan harganya terjangkau.
- Promosi yang Bertanggung Jawab: Mengembangkan pariwisata kuliner yang tidak hanya menjual makanan, tetapi juga menceritakan kisah dan makna di baliknya.
Pada akhirnya, melestarikan Tasak Telu bukan hanya soal menjaga resep, tetapi juga menjaga jiwa dan kearifan budaya Suku Karo itu sendiri.
Tinggalkan Balasan