Komoditi bawang merah merupakan faktor utama peredam laju inflasi pada periode Bulan September 2025 di Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Labuhan Baru.
Dua dari delapan kota/kabupaten wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Pematang Siantar ini menjadi daerah penghitungan laju inflasi.
Kepala Perwakilan BI Pematang Siantar, Ahmadi Rahman, Jumat (3/10) menyebut, bawang merah sebagai peredam laju inflasi atau penyumbang deflasi di Kota Pematang Siantar sebesar minus 0,20 persen dan di Labuhan Batu minus 0,21 persen.
Selain beras (-0,12 persen), buncis (-0,03 persen), kacang panjang (-0,05 persen) dan sawi putih (0,04 persen).
Sementara, laju angka inflasi secara bulanan di Kota Pematang Siantar sebesar 0,47 persen, dan di Kabupaten Labuhan Batu 1,15 persen.
Penyumbang terbesar laju inflasi di dua daerah ini berupa komoditi cabai merah dan emas perhiasan.
Ahmadi Rahman menjelaskan, kenaikan harga komoditas hortikultura cabai merah akibat pasokan yang pada Bulan September, karena telah melewati periode waktu panen, khususnya di wilayah sentra produksi seperti Simalungun, Karo dan Batubara.
Secara keseluruhan sebutnya, kombinasi dari faktor cuaca, biaya produksi, dan ketidakseimbangan pasokan maupun permintaan menjadi pemicu utama inflasi di bulan September.
Bulan Oktober 2025, tekanan inflasi diperkirakan akan menurun, dengan prediksi hujan normal, sehingga berdampak positif pada hasil panen petani.
Selain juga, ada indikasi pasokan dari daerah Jawa yang sudah mulai masuk yang mengakibatkan harga cenderung lebih terkendali.
sumber: https://sumut.antaranews.com/
Leave a Reply