Jelajahi 8 Bangunan Tertua di Jakarta, Dari Hotel Hingga Menara

3 Oct 2021 3 min read No comments Info Wisata

Ibu kota Jakarta menyimpan sejarah panjang sejak namanya masih dikenal dengan Sunda Kelapa. Setelah ditaklukan oleh Pangeran Fatahillah, Sunda Kelapa berubah nama menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527.

Tanggal itu pun diperingati sebagai hari lahirnya DKI Jakarta. Sejak itu, beragam bangunan bersejarah masih bisa dilihat hingga sekarang. Berikut diantaranya:

Hotel Sriwijaya

Hotel yang dimiliki oleh Conrad Alexander Willem Cavadino (CAW Cavadino) ini mulanya merupakan sebuah restoran. CAW Cavadino memulai usaha restoran, roti/kue dan toko pada 1863.

Tempat usaha ini dibangun persis di pojokan Rijswik (sekarang Jalan Veteran) dan Citadelweg (kini Jalan Veteran I). Selama sembilan tahun, usaha tersebut kian berkembang. Pada 1872 restoran Cavadino berubah menjadi Hotel Cavadino.

Hotel Cavadino ini sempat bertahan sampai 1898 kemudian berubah nama menjadi Hotel du Lion d’Or. Kemudian pada 1941 hotel tersebut berubah lagi namanya menjadi Park Hotel. Lalu, sekitar pertengahan tahun 1950-an hotel tersebut berganti nama menjadi Hotel Sriwijaya hingga kini. Meski sebagian besar bangunan lama sudah tidak tampak lagi, jejak hotel dari masa Hindia Belanda ini masih dipertahankan sampai sekarang.

Menara Syahbandar

Sebelum menjadi menara, pada abad 16 lokasi ini menjadi benteng Cuylenburg yang kemudian dihancurkan dan dibangun menara. Dahulu, Menara ini dibangun oleh Pemerintah kolonial Belanda 1839 dan dikenal dengan nama Uitkijk.

Menara ini berfungsi sebagai tempat untuk memantau kapal-kapal yang keluar masuk kota Batavia melalui jalur laut. Selain itu, Menara Syahbandar ini dulu dijadikan sebagai kantor pabean, yaitu tempat mengumpulkan pajak atas barang-barang yang dibongkar di Pelabuhan Sunda Kelapa.

Sampai sekarang, menara itu bisa dikunjungi. Pengunjung bisa melihat pemandangan sekeliling area Menara Syahbandar, mulai dari Jembatan, Bioskop pertama, Tugu Pantura, dan Museum Bahari di lantai tertinggi menara setinggi 12 meter itu.

Gedung Kesenian Jakarta

Gedung ini memiliki bangunan bergaya neo-renaissance yang dibangun pada 1821 di Weltevreden yang saat itu dikenal dengan nama Theater Schouwburg Weltevreden, juga disebut dengan Gedung Komedi. Gedung tersebut merupakan tempat para seniman dari seluruh Nusantara mempertunjukkan hasil kreasi seninya, seperti drama, teater, film, sastra, dan lain sebagainya.

Kota Tua

Kawasan ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit di ibu kota karena banyak bangunan-bangunan kuno bergaya khas. Ikon utamanya adalah Museum Fatahilah yang dibangun pada 1707 dengan nama Stadhuis atau Municipal Hall of Batavia.

Gedung ini menjadi tempat yang menceritakan sejarah kota Jakarta sejak sebelum zaman penjajahan Belanda sampai hari ini, dalam materi logam, tekstil, bebatuan, kristal, keramik, kertas, dan tulang.

Museum Wayang

Museum Wayang berdiri di gedung bekas gereja tua yang didirikan oleh VOC pada 1640 dengan nama “De Oude Hollandsche Kerk”. Pada 13 Agustus 1975 diresmikan sebagai Museum Wayang oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Museum Wayang memamerkan berbagai jenis wayang mulai dari wayang golek, wayang kulit, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, wayang beber, topeng, boneka dan gamelan.

Museum Bahari

Bangunan ini didirikan VOC pada 1718-1774 di sisi Barat Ciliwung untuk menyimpan, memilih, dan mengepak rempah-rempah, kopi, teh, tembaga, timah dan tekstil. Pada 7 Juli 1977 gedung ini diresmikan sebagai Museum Bahari oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin dengan koleksi kapal dari berbagai era di Indonesia, alat-alat kelautan seperti teropong, peta kartografi, jangkar, mercusuar, dan berbagai biota laut Nusantara. Di komplek Museum Bahari terdapat Menara Syahbandar (Uitkijk) sebagai titik nol (kilometer) Batavia.

Gedung OLVEH

Gedung itu dibangun biro arsitek Schoemaker pada 1921. Semula, bangunan ini diperuntukkan kantor cabang Onderlinge Levensverzekering van Eigen Hulp (OLVEH), perusahaan asuransi jiwa Belanda. Setelah rampung direstorasi dan diresmikan kembali pada Maret 2016, banyak kegiatan yang diberlangsungkan seperti Pameran, Pasar Kreatif, dan Workshop.

Museum Bank Indonesia

Museum ini menyajikan informasi peran Bank Indonesia dalam perjalanan sejarah bangsa yang dimulai sejak sebelum kedatangan bangsa barat di Nusantara hingga terbentuknya Bank Indonesia pada 1953. Penyajiannya dikemas sedemikian rupa dengan memanfaatkan teknologi modern dan multimedia, seperti display elektronik, panel statik, televisi plasma, dan diorama. Selain itu, terdapat fakta dan koleksi benda bersejarah pada masa sebelum terbentuknya Bank Indonesia, seperti pada masa kerajaan-kerajaan Nusantara, antara lain berupa koleksi uang numismatik.

 

 

sumber: tempo.co

Author: Ido Delia

Tinggalkan Balasan