General Manager Badan Pengelola Kaldera Toba UNESCO Global, Azizul Kholis, mengatakan pihaknya membutuhkan waktu 2 bulan untuk berbenah memperbaiki segala catatan dari UNESCO.
Hal itu ia sampaikan saat bertemu dengan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) untuk membahas peringatan atau kartu kuning (yellow card) dari UNESCO kepada Geopark Kaldera Toba pada September 2023.
Sejak diakui sebagai jaringan geopark global pada 2020, saat ini, UNESCO Global Geopark Kaldera Toba dinilai belum memenuhi beberapa kriteria penting meliputi aspek geologi, warisan budaya, dan pemberdayaan masyarakat lokal.
“Gubernur Sumatera Utara sudah memberi atensi yang tinggi untuk mengembalikan posisi Geopark Kaldera Toba kembali ke green card,” ujar Azizul, dikutip dari keterangan resmi Kementerian Pariwisata, Jumat (16/5/2025).
Azizul optimistis bahwa kolaborasi dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah bisa mengembalikan citra UNESCO Global Geopark sebelum jadwal pengkajian ulang pada Selasa (15/7/2025) mendatang.
Empat poin perbaikan UNESCO Global Geopark Kaldera Toba
Adapun UNESCO memberikan empat poin rekomendasi untuk memperbaiki kawasan UNESCO Global Geopark Kaldera Toba agar bisa kembali mendapatkan kartu hijau, yakni:
- Warisan geologi dan interpretasinya: perlu dilakukan diversifikasi cerita geologi dan memperluas survei.
- Warisan alam, budaya, dan buatan: diperlukan identifikasi dan inventarisasi lebih lanjut.
- Visibilitas dan kemitraan: mendorong peningkatan panel interpretasi dan penguatan identitas kawasan.
- Jejaring dan pelatihan: diharapkan adanya peningkatan kerja sama dengan geopark lainnya di Indonesia.
Langkah perbaikan Kaldera Toba
Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata berencana melakukan sejumlah upaya untuk mendapatkan kartu hijau UNESCO Global bagi Geopark Kaldera Toba.
“Kementerian Pariwisata Republik Indonesia telah mengambil langkah-langkah konkret untuk memastikan bahwa rekomendasi UNESCO dapat segera dipenuhi,” kata Deputi Destinasi dan Infrastruktur Kemenpar, Hariyanto.
Salah satu langkah kongkretnya adalah menyiapkan panel interpretasi di berbagai geosite dalam Geopark Kaldera Toba.
Panel interprestasi diharapkan dapat meningkatkan pemahaman pengunjung mengenai nilai geologi dan warisan alam yang ada di kawasan ini.
Selanjutnya, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenpar akan menyelenggarakan acara Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) yang mendukung forum dan kegiatan terkait destinasi wisata Geopark Kaldera Toba.
Selain itu, Kemenpar juga menyiapkan dukungan Dana Alokasi Khusus (DAK) 2024 sebesar Rp 56,6 miliar dan kegiatan peningkatan kapasitas SDM, koordinasi teknis, dan revitalisasi geosite, seperti Monkey Forest Sibaganding dan Geosite Pulau Sibandang.
Alokasi dana tersebut terdistribusi ke delapan kabupaten di kawasan Danau Toba sebagai dukungan pembangunan infrastruktur fisik maupun kegiatan nonfisik untuk menunjang pengembangan Danau Toba.
Delapan kabupaten di kawasan Danau Toba adalah Dairi, Karo, Simalungun, Tapanuli Utara, Toba, Pakpak Bharat, Humbang Hasundutan, dan Samosir.
“Kami menyadari bahwa status UNESCO Global Geopark membawa tanggung jawab besar, dan Kemenpar berkomitmen untuk terus mendampingi dan memfasilitasi pemerintah daerah dalam memenuhi setiap persyaratan dan rekomendasi yang diberikan oleh UNESCO,” kata Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana.
sumber: kompas.com
Leave a Reply