Pasar Tiga Raja Parapat

25 Oct 2025 12 min read No comments Info Toba
Featured image
Spread the love

Pasar Tiga Raja di Parapat, Sumatera Utara, berdiri sebagai salah satu pusat denyut perekonomian sekaligus aktivitas sosial budaya masyarakat di kawasan wisata Danau Toba. Terletak di bibir danau yang terkenal hingga mancanegara ini, pasar tersebut tidak hanya menjadi lokasi transaksi ekonomi, namun juga pusat interaksi, pelestarian tradisi, serta salah satu wajah yang mewakili Parapat di mata wisatawan nusantara maupun luar negeri. Laporan ini akan menguraikan secara menyeluruh sejarah, jenis barang dagangan, jam operasional, daya tarik wisata, peran sosial ekonomi, hingga aspek-aspek praktis terkait lokasi, fasilitas, dan akses ke Pasar Tiga Raja. Semua pembahasan didukung data dan sumber-sumber web yang kredibel.

Sejarah Pasar Tiga Raja Parapat

Awal Mula dan Perkembangan

Pasar Tiga Raja—dalam bahasa Batak dikenal juga dengan “Onan Tiga Raja”—adalah pasar tradisional yang telah lama beroperasi, bahkan sejak jaman pemerintah kolonial Hindia Belanda dan era raja-raja Batak. Sejarah panjang pasar ini tidak terlepas dari letaknya di Kelurahan Tiga Raja, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, yang menjadi simpul strategis jalur perdagangan, pengangkutan barang, dan penyeberangan di sisi timur Danau Toba.

Sejak dahulu, Onan Tiga Raja telah menjadi tempat berkumpul, bertransaksi, dan berbagi informasi bagi warga sekitar Parapat, pedagang dari desa-desa di pinggir Danau Toba, bahkan dari Pulau Samosir. Pasar ini berkembang seiring meningkatnya kebutuhan lokal dan arus wisatawan. Selama dekade 1980–1990-an, ketika pariwisata Danau Toba mengalami masa keemasan, aktivitas dan transaksi pasar pun mencapai puncak keramaian dengan kunjungan wisatawan asing yang berdampak pada keanekaragaman barang.

Revitalisasi dan Permasalahan Tata Kelola

Transformasi signifikan terjadi pasca tahun 2015, ketika pemerintah pusat dan daerah mengalokasikan dana revitalisasi pasar sebagai bagian dari upaya perbaikan kawasan wisata Danau Toba. Dana ratusan juta hingga milyaran rupiah telah dikucurkan untuk membangun kembali kios, balairung, dan infrastruktur pendukung. Namun, proses revitalisasi ini tidak berjalan mulus. Realisasi pembangunan sempat terhambat oleh molornya pengerjaan proyek, penggunaan bahan bangunan bekas, bahkan mangkraknya pembangunan yang menyebabkan para pedagang terpaksa berjualan di luar pasar dan menimbulkan kemacetan serta keluhan pengunjung. Polemik terjadi pula karena persoalan pembagian kios, kecemburuan antar pedagang, dan ketidakmerataan distribusi fasilitas pasar.

Walaupun revitalisasi telah mencapai tahap pengembalian kios ke sebagian besar pedagang, masih tersisa permasalahan struktural dan sarana pasar yang memprihatinkan, termasuk kebersihan yang kurang terjaga dan keamanan yang belum maksimal. Hal ini menjadi pekerjaan rumah yang hingga kini terus didorong oleh masyarakat, tokoh budaya, dan penggerak pariwisata.

Jenis Barang Dagangan di Pasar Tiga Raja

Tabel: Ragam Komoditas Utama Pasar Tiga Raja

Jenis Barang Contoh Produk Keunikan/Asal Barang
Hasil perikanan & olahan Ikan asin Mujahir, ikan pora-pora, teri nasi, nila Hasil Danau Toba, olahan lokal khas
Hasil bumi & pertanian Sayur, buah-buahan (mangga, pisang), rempah Produk pertanian lokal pesisir Danau Toba
Pangan & jajanan tradisional Kue ombus-ombus, martabak, tipang, bakmi Batak Resepsi tradisional Batak, halal dan non-halal
Kain dan kerajinan batak Ulos, kain tenun, souvenir, aksesoris, ulos ragi hotang Produk UMKM lokal, simbol budaya
Bumbu masak & rempah khas Andaliman, cabai, bawang batak, sambal andaliman Rempah asli Batak, icon wisata kuliner
Barang kebutuhan rumah tangga Peralatan dapur, pertanian, pupuk, kosmetik Produk campuran untuk keluarga
Pakaian & tekstil modern Seragam sekolah, pakaian sehari-hari, aksesoris Import & konveksi lokal
Barang bekas impor (“monja”) Pakaian & alat elektronik second Barang luar negeri, oleh-oleh unik
Minuman & camilan khas Kacang sihobuk, kopi Sidikalang Oleh-oleh Batak populer
Produk spiritual & budaya Buku doa, alat sembahyang, pernak-pernik agama Mewakili keragaman etnis & kepercayaan

Beragam produk di atas dijajakan oleh ratusan pedagang, baik di dalam kios, los, maupun lapak terbuka. Produk hasil perikanan, terutama ikan asin Mujahir dan pora-pora, menjadi ikon utama dan daya tarik pasar ini. Kualitas ikan asin, keripik, dan udang manis yang dikemas dalam plastik menjadi oleh-oleh khas yang sering diburu wisatawan dan penduduk luar Parapat.

Selain ikan asin, hasil bumi lokal seperti buah, sayur, dan rempah—terutama andaliman yang disebut “merica Batak”—menjadi primadona, selain produk tekstil tradisional seperti kain ulos yang sarat filosofi budaya Batak. Stand makanan dan panganan tradisional, di antaranya ombus-ombus, tipang, hingga hidangan holat untuk pelanggan Muslim dan B2 (masakan babi) untuk komunitas Batak Kristen, mencerminkan pluralitas kuliner di pasar ini.

Pedagang juga menawarkan barang kenyamanan rumah tangga, kosmetik, alat tulis, serta pernak-pernik lain, menjadikan pasar ini sebagai pusat perbelanjaan utama masyarakat lokal. Produk bekas luar negeri, dikenal sebagai “monja,” juga banyak diburu karena harga miring namun kualitas cukup baik. Keragaman dagangan di Pasar Tiga Raja tidak hanya mewakili kebutuhan harian, namun juga mempertemukan ekonomi, budaya, dan pariwisata dalam satu titik interaksi.

Jam Operasional Pasar Tiga Raja

Jam operasional Pasar Tiga Raja menyesuaikan budaya pasar tradisional lokal dan jadwal transportasi penyeberangan ke Pulau Samosir. Pasar ini umumnya mulai beraktivitas sejak pukul 06.00–07.00 pagi hingga 16.00–17.00 sore. Khusus pada hari-hari “pekan besar” (ajaran pekan Batak–hari Sabtu), pasar akan aktif penuh sejak pagi hingga sore dengan transaksi berkali lipat dibanding hari reguler. Pada hari Selasa dan Kamis, disebut juga sebagai “pekan kecil”, aktivitas jual beli hanya berlangsung setengah hari, dan intensitas pengunjung tidak sepadat hari Sabtu.

Sebagian pedagang, terutama penjual ikan asin, akan tutup lebih awal pada hari Kamis untuk keperluan keagamaan (beribadah ke gereja), selaras dengan tradisi religius komunitas Batak Kristen Parapat. Pada akhir pekan dan musim liburan, pasar kerap dibuka lebih lama menyesuaikan lonjakan wisatawan.

Selain pasar pagi, terdapat pula aktivitas pasar malam terbatas (Parapat Night Market), meski jam bukanya lebih pendek dan tidak setiap hari.


Daya Tarik Wisata di Pasar Tiga Raja

Tabel: Daya Tarik Utama Pasar Tiga Raja untuk Wisatawan

No Daya Tarik Utama Penjelasan Lebih Lanjut
1 Kuliner Khas Danau Toba Ikan asin Mujahir, andaliman, ombus-ombus, kopi Sidikalang, kacang Sihobuk
2 Suasana Pasar Tradisional Asli Interaksi tawar-menawar, keramahan pedagang, pengalaman budaya Batak otentik
3 Pemandangan Bibir Danau Toba Lokasi pasar persis di pinggir danau, panorama kapal kayu, lanskap Pulau Samosir
4 Kerajinan Ulos & Souvenir Aneka ulos, aksesoris Batak, cendera mata khas Danau Toba
5 Akses Transportasi Penyeberangan Pelabuhan Tiga Raja menuju Tuk Tuk Samosir langsung terintegrasi
6 Hiburan Tradisional & Aktivitas Sosial Atraksi parkoyok-koyok (penjual obat unik), cerita lokal, festival pekanan
7 Kehidupan Sehari-hari Masyarakat Batak Wisata edukasi: melihat peran perempuan Batak, tradisi, cara berdagang

Daya tarik utama pasar terletak pada keaslian dan keunikan suasana pasar tradisional Batak yang nyaris tak berubah puluhan tahun lamanya. Atmosfer riuh, aroma campuran bumbu dapur, suara canda pedagang dalam berbagai dialek Batak, hingga warna-warni ulos—semua menjadi pengalaman otentik yang jarang didapatkan di pasar modern.

Pemandangan langsung ke Danau Toba memberikan nilai tambah, apalagi dermaga pelabuhan Tiga Raja yang menyatu dengan pasar menyajikan pemandangan hilir mudik kapal kayu ke Samosir, lengkap dengan aktivitas bongkar muat hasil bumi, ikan, dan penumpang wisatawan. Interaksi tawar-menawar produk lokal, membeli bumbu andaliman, atau sekadar menikmati secangkir kopi Sidikalang di warung pasar menjadi pengalaman kecil nan berkesan bagi pelancong, baik domestik maupun mancanegara.

Pasar juga sering menjadi tempat penyelenggaraan festival rakyat, kegiatan seni lokal, dan aksi parkoyok-koyok—penjual obat penyakit dan atraksi sulap yang sangat populer bagi anak-anak dan menambah semarak suasana pasar.

Peran Sosial Ekonomi Pasar Tiga Raja

Tulang Punggung Ekonomi Lokal dan Penguat Kohesi Sosial

Pasar Tiga Raja berperan vital sebagai penggerak ekonomi masyarakat Parapat dan sekitaran Danau Toba. Menjadi wadah distribusi barang-barang lokal, pasar ini memberikan lapangan kerja langsung maupun tidak langsung kepada ribuan individu—mulai dari petani, nelayan, pengrajin, hingga pekerja transportasi dan buruh angkut.

Salah satu karakter menonjol adalah peran perempuan Batak, terutama sebagai pedagang ikan asin dan hasil bumi. Riset mutakhir Universitas Sumatera Utara menegaskan multi-peran perempuan Batak Toba yang tidak hanya mengurus rumah tangga tetapi turut aktif menopang ekonomi keluarga sebagai pelaku utama transaksi pasar. Mereka terlibat dalam aktivitas sosial, paguyuban pedagang, dan penentu dinamika harga atau kualitas barang, yang turut menjaga kelangsungan kearifan lokal dan ketahanan ekonomi keluarga.

Pusat Interaksi Sosial-Budaya dan Pewaris Tradisi

Selain fungsi ekonomi, Pasar Tiga Raja adalah jantung interaksi sosial dan pewarisan nilai budaya Batak. Di pasar inilah tradisi tawar-menawar, berbagi kabar, mempererat tali persaudaraan, hingga komitmen komunal untuk saling membantu diwujudkan setiap hari. Adat-adat pasar seperti menghormati hari pekan besar, toleransi keagamaan (respek waktu ibadah), dan budaya ramah terhadap pendatang masih terus lestari.

Pasar juga menjadi ruang ekspresi budaya—dari penampilan pedagang parkoyok-koyok, kuliner tradisional hingga produk kerajinan tangan yang sarat makna simbolis. Generasi muda mendapat kesempatan belajar bisnis, etika sosial, dan kearifan lokal langsung dari pengalaman pasar, menjadikannya ruang pendidikan sosial inheren yang langka.

Agen Pembangunan Berkelanjutan dan Pariwisata

Tak kalah penting, pasar menjadi simpul penting strategi pembangunan kawasan wisata Danau Toba. Dengan menjadi etalase produk lokal dan menghubungkan produsen-pedagang-konsumen secara fair, pasar turut andil dalam pengembangan UMKM dan promosi hasil bumi ke wisatawan luar. Kemampuan pasar dalam menyesuaikan diri dengan program digitalisasi promosi pariwisata kini menjadi fokus pembinaan Kementerian Pariwisata untuk memperkuat impresi positif kawasan Parapat di era konten digital.

Lokasi dan Denah Pasar Tiga Raja

Lokasi Strategis

Pasar Tiga Raja berlokasi di Kelurahan Tiga Raja, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Titik koordinat pasar adalah sekitar 2°40′55″ LU dan 98°56′3″ BT, dengan ketinggian ±964 meter di atas permukaan laut, menempati tepian Danau Toba.

Letaknya sangat strategis karena persis di pinggir danau, berdampingan dengan pelabuhan Tiga Raja (Pelabuhan Penyeberangan Parapat–Samosir), terminal angkutan kota, deretan penginapan serta warung makan. Dari pusat Kota Parapat (sekitar Jalan Haranggaol dan pangkalan bus), pasar dapat ditempuh hanya 5–10 menit berjalan kaki atau 1–2 menit berkendara.

Denah Pasar

Struktur pasar terdiri dari beberapa bagian utama: balairung (bangunan pusat kios tertutup di sisi timur), area lapak terbuka di sisi utara-selatan untuk pedagang dadakan, dan toko-toko semi permanen di sisi barat yang langsung terhubung ke dermaga danau. Fasilitas parkir terbatas ditempatkan di sisi jalan utama, sedangkan area motor dan becak berada di sisi pelabuhan.

Fasilitas yang Tersedia di Pasar Tiga Raja

Pasar Tiga Raja, meskipun tradisional, telah diperlengkapi berbagai fasilitas sebagai bagian dari revitalisasi dan penyesuaian terhadap kebutuhan pasar wisata modern. Berikut beberapa fasilitas utama:

  • Kios dan Los Pasar: Terdapat lebih dari 100 unit kios/los untuk berdagang, sebagian dengan bangunan balairung tertutup dan sebagian berupa lapak terbuka.
  • Fasilitas Sanitasi: Terdapat beberapa toilet umum, walau kualitas dan kebersihan kerap dikeluhkan pengunjung akibat pengelolaan yang belum maksimal.
  • Area Parkir & Ojek: Tempat parkir terbatas untuk mobil, motor, dan becak wisata. Area parkir utama bersebelahan dengan pelabuhan dan jalan utama menuju pusat kota.
  • Akses Penyeberangan: Lokasi pasar menyatu dengan dermaga Pelabuhan Tiga Raja sehingga pengunjung dapat langsung menyeberang ke Samosir menggunakan kapal kayu/kapal motor.
  • Fasilitas Keamanan & Informasi: Terdapat pos layanan keamanan pasar, namun sistem CCTV dan keamanan modern relatif terbatas.
  • Ruang Ibadah: Tersedia tempat ibadah di sekitar pasar (gereja, mesjid), mengingat pluralitas agama masyarakat Parapat.
  • Warung Makan dan Kantin: Puluhan warung menyediakan makanan/snack khas Batak dan minum kopi Sidikalang di pinggir danau.
  • Penginapan dan ATM/Bank: Beragam penginapan dari hotel, losmen, hingga vila dapat ditemukan dalam radius 100–400 meter dari pasar. Beberapa ATM dan mini market modern (Robika Market, OYO, RedDoorz) juga mudah diakses.

Kondisi fasilitas pasar perlu terus diperbaiki, mengingat sering adanya keluhan terkait kebersihan, keterbatasan ruang parkir pada hari pekan besar, dan kenyamanan pengunjung yang belum selalu memadai.

Akses dan Transportasi Menuju Pasar Tiga Raja

Dari Pusat Kota Parapat

Pasar Tiga Raja sangat mudah diakses dari pusat Parapat. Jika berangkat dari area Jalan Haranggaol (jantung kota Parapat), pengunjung tinggal berjalan kaki menyusuri jalan utama ke arah pelabuhan dalam waktu kurang dari 10 menit. Pengunjung juga dapat menggunakan becak motor (tarif sekitar Rp5.000-10.000) atau angkutan kota warna kuning, dengan rute langsung menurunkan di depan pasar.

Dari Kota Besar (Medan, Pematang Siantar)

  • Dari Medan: Perjalanan ditempuh sekitar 176 km melalui jalan tol Trans-Sumatra (Medan–Tebing Tinggi–Parapat). Jalan tol ini terus dikembangkan untuk memangkas waktu tempuh menjadi sekitar 4–6 jam tergantung kondisi arus lalu lintas dan cuaca. Bus antarkota (ALS, Paradep, atau Sinar Murni) melayani rute Medan–Parapat setiap hari. Setelah tiba di terminal Parapat, penumpang dapat naik becak motor (atau jalan kaki) menuju pasar ini.
  • Dari Pematang Siantar: Jarak ±48 km, waktu tempuh sekitar 1,5 jam menggunakan bus kecil (Sejahtera), travel, maupun kendaraan pribadi. Semua rute utama akan berakhir di terminal Parapat, dekat pasar.

Menuju Pulau Samosir

Pasar Tiga Raja adalah pintu masuk utama penyeberangan ke Tuk Tuk dan Tomok, Pulau Samosir. Penyeberangan kapal kayu beroperasi mulai pukul 07.00 hingga sore hari, dengan interval waktu sekitar 1 jam sekali. Tarif penyeberangan per orang sekitar Rp15.000 (sepeda motor juga dapat diangkut dengan biaya sama). Dermaga berada tepat di sisi selatan pasar, memudahkan aktivitas loading barang dan penumpang.

Keterkaitan Pasar Tiga Raja dengan Pariwisata Danau Toba

Sebagai pintu gerbang utama ke Danau Toba dan Pulau Samosir, Pasar Tiga Raja berperan langsung dalam mendukung ekosistem pariwisata Sumatera Utara. Produk oleh-oleh khas, kuliner lokal, bumbu tradisional andaliman, serta kerajinan Batak yang dijajakan di pasar menjadi bagian penting dari pengalaman wisata Danau Toba. Wisatawan tidak hanya berbelanja, namun juga belajar budaya Batak, berinteraksi dengan masyarakat, bahkan menikmati panorama danau yang sangat Instagramable.

Pariwisata berbasis komunitas terus dikembangkan pemerintah, di mana pasar dijadikan sebagai etalase kreativitas lokal dan pusat promosi budaya Batak. Daya tarik wisata belanja, wisata kuliner, dan wisata edukasi budaya secara langsung meningkatkan pendapatan pelaku UMKM di pasar, sekaligus memperkaya pengalaman berlibur di Danau Toba bagi wisatawan domestik dan asing.

Aktivitas Budaya dan Tradisi di Pasar Tiga Raja

Pasar Tiga Raja menjadi saksi hidup kearifan lokal dan aktivitas budaya masyarakat Batak. Setiap hari pasar dibuka, adab dan tradisi Batak Toba sangat terasa—mulai dari pertunjukan tradisi bartering (tawar-menawar penuh canda), respek waktu ibadah saat pekan gereja, hingga pelaksanaan ritual budaya pada hari besar (pekan besar/Sabtu).

Salah satu atraksi yang selalu dinanti adalah kehadiran “parkoyok-koyok”—penjual obat yang sering melakukan atraksi sulap, bercerita tentang khasiat obat, dan berorasi dengan logat Batak yang piawai, mengundang gelak tawa dan keheranan dari anak-anak dan wisatawan. Pasar juga kerap menjadi lokasi festival kuliner, lomba memasak ikan Danau Toba, dan pertunjukan seni ukir kayu atau tenun ulos.

Para pedagang mayoritas adalah perempuan yang berperan besar dalam kelestarian tradisi dagang Batak, baik dalam kegiatan sosial (paguyuban, arisan, gotong royong) maupun dalam menjaga tata nilai lokal dalam sistem dagang.

Statistik Kunjungan dan Tren Pasar Tiga Raja

Secara umum, volume transaksi dan jumlah pengunjung terbesar terjadi setiap Sabtu dan pada musim liburan nasional. Data terbaru dari wawancara dengan pedagang menunjukkan bahwa pada hari Sabtu, pengunjung bisa mencapai ribuan orang dari berbagai penjuru Parapat, Samosir, dan wisatawan domestik/internasional. Penjual ikan asin, salah satu ikon pasar, melaporkan omzet hingga Rp4–5 juta per hari di masa ramai, meski sempat menurun drastis selama pandemi Covid-19.

Tren kunjungan pasar mengikuti fluktuasi pariwisata Danau Toba. Saat pariwisata pulih, minat wisatawan berburu oleh-oleh dan pengalaman wisata budaya turut meningkat. Pemerintah menargetkan peningkatan pengunjung pasar sebagai salah satu indikator keberhasilan promosi Danau Toba sebagai destinasi super prioritas.

 

Pasar Tiga Raja Parapat adalah refleksi dari harmoni antara ekonomi kerakyatan, keberagaman budaya Batak, serta potensi pariwisata kelas dunia Danau Toba. Keberadaan pasar ini tidak hanya bertumpu pada jual beli barang, namun juga sebagai pusat interaksi sosial, pelestarian tradisi, dan penguatan identitas masyarakat Batak di tengah arus wisata global.

Ke depan, strategi pengelolaan yang kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, swasta, dan pelaku wisata menjadi kunci untuk mewujudkan Pasar Tiga Raja sebagai pasar destinasi yang ramah, bersih, aman, dan mendunia. Pembenahan infrastruktur, penguatan digital marketing, dukungan UMKM, dan optimalisasi event budaya perlu diterapkan secara konsisten, didukung pengawasan tata kelola yang akuntabel. Dengan demikian, Pasar Tiga Raja tak hanya menjadi pusat perniagaan lokal, tetapi juga ikon otentik yang membanggakan bagi seluruh kawasan Danau Toba dan Sumatera Utara.

Author: Gracia Adelia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *