Patuhi Protokol Kesehatan Saat Bepergian meski Sudah Divaksin, Ini Alasannya

19 Jan 2021 5 min read No comments Uncategorized @id

Vaksin Covid-19 di seluruh dunia perlahan tapi pasti mulai didistribusikan. Dengan begitu, apakah ini jadi waktu yang tepat untuk kembali bepergian?

Seperti dilansir dari LiveMint, industri pariwisata mungkin ingin mengatakan ya, bahwa situasi sudah kembali aman.

Berdasarkan data terbaru dari World Travel and Tourism Council yang dipublikasikan pada November 2020, pembatasan perjalanan akibat pandemi diperkirakan menghilangkan 4,7 triliun dolar Amerika dari produk domestik bruto global pada tahun 2020 saja.

Namun, profesional di bidang kesehatan masih mendesak orang-orang agar berhati-hati. Pesan tersebut tetap penting, bahkan setelah individu telah divaksinasi Covid-19.

Dalam beberapa pesan mereka, salah satunya adalah vaksin tidak 10 persen efektif. Dibutuhkan berminggu-minggu untuk membangun imunitas. Itu pun terjadi setelah suntikan vaksin yang kedua.

Baca juga: 

Lalu datanya masih sangat kecil terkait kemungkinan orang tersebut apakah benar tidak bisa terkena dan menularkan Covid-19, bahkan setelah imunisasi. Herd immunity pun masih belum terlihat jelas.

Konsensus mereka adalah risiko tetap ada, tapi kebebasan bergerak dengan aman akan bisa meningkat—dengan izin untuk beberapa jenis perjalanan—di antara mereka yang telah mendapatkan perlindungan dari virus. Tentu saja kamu harus tetap mengenakan masker.

Berikut ini hal-hal yang perlu kamu tahu tentang keamanan perjalanan dalam bulan-bulan ke depan. Entah kamu telah divaksinasi atau sedang mencari kenormalan lagi.

Ilustrasi Vaksin Covid-19 (shutterstock).
 Ilustrasi Vaksin Covid-19 (shutterstock).

Apa yang kita tahu, dan yang tidak kita tahu

Vaksin Covid-19 di Amerika Serikat dan Eropa telah terbukti cukup aman, efektif, dan jadi alat paling kuat untuk melawan pandemi.

Namun, masih ada banyak hal belum diketahui, terutama kemungkinan transmisi virus setelah vaksinasi.

Pertanyaan ini berujung pada satu hal: percobaan klinis untuk vaksin yang sekarang telah disetujui, termasuk vaksin dari Pfizer dan Moderna, tidak termasuk tes PCR biasa untuk peserta penelitian.

Tanpa ada data tentang kemampuan mereka dalam membawa virus, hanya ada bukti konklusif yang cukup untuk menunjukkan bahwa vaksin menghasilkan 95 persen perlindungan efektif dari infeksi simptomatik.

Hal tersebut diungkapkan oleh Dr. Kristin Englund, spesialis penyakit menular dari Cleveland Clinic.

“Sebagian besar, jika kamu divaksinasi terhadap satu penyakit—misalnya cacar—kamu tidak akan bisa menularkan penyakit tersebut pada orang lain,” kata Englund.

“Saya mengira itu yang akan kita lihat dengan vaksin Covid-19. Namun, kita harus menunggu hingga penelitian bisa membuktikan hal itu sebelum kita bisa menurunkan kewaspadaan kita,” tambah dia.

Baca juga: 

Selain itu, ada pula hal penting yang masih belum diketahui. Menurut Englund, melihat vaksin yang memiliki efektivitas 95 persen sangat luar biasa. Jauh lebih baik dari antisipasi kami.

“Namun saat ini kita tidak memiliki kemampuan untuk tahu siapa yang akan memiliki respon baik terhadap vaksin dan siapa yang termasuk ke dalan sisa 5 persen tersebut,” imbuh dia.

Berpikir mengenai herd immunity

Hal lainnya yang masih belum diketahui adalah apa yang bisa dilakukan untuk mencapai herd immunity atau kekebalan.

“Konsensus umum menunjukkan bahwa perlu sekitar 70 – 80 persen (dari populasi yang sudah imun) untuk mengeliminasi risiko penyebaran—bahkan lebih,” kata Dr. Scott Weisenberg.

Ia adalah direktur program fellowship penyakit menular di New York University serta direktur medis program perjalanan kesehatan di universitas yang sama.

“Kita masih berbulan-bulan jauhnya dari sana, mengasumsikan bahwa vaksin tersebut benar-benar bisa menghilangkan transmisi dan kemungkinan orang-orang untuk terinfeksi,” sambung dia.

Dalam skenario terbaik di mana segala hal berlangsung dengan benar, Weisenberg percaya kekebalan bisa dicapai di Amerika Serikat di musim panas tahun 2021—menunggu persetujuan vaksin yang lebih mudah didistribusikan seperti AstraZeneca, yang dapat mempercepat tercapainya kekebalan.

Walaupun begitu, kemungkinan tersebut hampir tidak mungkin terjadi.

“Penerimaan vaksin adalah pertanyaan yang begitu besar dan sangat penting,” imbuh Weisenberg.

Pasalnya, World Health Organization menyebut keraguan atas vaksin sebagai salah satu dari 10 ancaman teratas bagi kesehatan masyarakat pada 2019, bahkan sebelum Covid-19 terlihat.

Namun begitu, kekebalan kelompok bisa dicapai dengan berbagai cara.

“Kamu bisa membicarakan kekebalan kelompok secara negara bagian, dalam komunitas yang lebih kecil, atau bahkan dalam keluarga,” ucap Englund.

“Maka dari itu, jika semua orang dalam satu ruangan sudah divaksinasi kecuali satu orang, kamu bisa memberikan perlindungan yang lebih besar terhadap orang tersebut,” sambung dia.

Ilustrasi herd immunity
 Ilustrasi herd immunity

Hal tersebut bisa sangat dipertimbangkan untuk perkumpulan keluarga yang anggota keluarga yang lebih muda di mana mereka mungkin akan membutuhkan waktu lebih lama untuk terkualifikasi mendapatkan vaksin jika dibandingkan anggota keluarga yang lebih tua.

Pasalnya, saat ini vaksin yang disetujui belum diuji atau disetujui untuk anak-anak oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat. Hal tersebut dapat menghalangi perjalanan udara di antara kelompok multigenerasi hingga tahun 2021.

Dengan begitu, memutuskan ke mana kamu akan pergi untuk liburan selanjutnya, termasuk dengan siapa kamu bisa bepergian, mungkin akan lebih berkaitan dengan antibodi daripada pertimbangan biasanya yang hanya mencakup cuaca dan harga saja.

Menurut Englund, hal paling penting yang bisa dipertimbangkan sebelum liburan nanti adalah tingkat infeksi di daerah tujuan. Serta jumlah vaksinasi yang sudah dilakukan di populasi tersebut.

Weisenberg menambahkan, jangan heran jika itu terasa seperti latihan yang berlawanan dengan intuisi.

Misalnya, di Kota New York, di mana 25 persen populasinya dipercaya sudah terinfeksi Covid-19, untuk mencapai kekebalan kelompok mungkin akan membutuhkan jumlah vaksinasi yang lebih sedikit jika orang yang sudah terinfeksi sebelumnya bisa mempertahankan antibodi yang setara.

Risiko tertular dan menularkan virus ketika berkunjung ke Manhattan, New York mungkin akan cukup rendah, menurut Weisenberg.

Hal tersebut mempertimbangkan keketatan lockdown yang diberlakukan, serta sejarah penerimaan vaksin yang jauh lebih mudah di area urban daripada di area pedesaan.

Selain itu, juga mempertimbangkan jumlah pengetesan Covid-19 yang cukup tinggi di antara populasi lokal, walaupun kepadatan penduduknya cukup tinggi.

ilustrasi liburan
 ilustrasi liburan

Definisi “Perjalanan yang Aman” yang terus berubah

Kamu juga akan melihat definisi perjalanan yang aman terus berubah dari minggu ke minggu. Terutama di beberapa bagian dunia masih terus melawan tingginya jumlah kasus akibat perjalanan liburan dan varian baru dari virus ini.

“Kamu harus mempertimbangkan masalah pergi ke suatu tempat dan membawa kembali virus tersebut ke area yang penting,” ujar Weisenberg.

Salah satu cara yang bisa dilakukan mungkin adalah mencari angka ketersediaan rumah sakit, khususnya kasur ICU, sebelum pergi liburan ke mana pun. Hal itu untuk memastikan sistem lokal belum kewalahan.

Baca juga: 

Weisenberg juga percaya bahwa peningkatan akurasi rapid test antigen akan membantu memastikan keamanan dengan semakin meningkatnya mobilitas.

“Saya akan naik pesawat, jujur saja. Saya akan memakai masker, saya akan pastikan tempat duduk kami tidak terletak di dekat orang lain, dengan jarak yang cukup dengan mereka, dan menggunakan semua hand sanitizer,” pungkasnya.

Dan jika ia akan mengunjungi situs wisata lokal, ia akan bertindak seolah-olah ia belum divaksinasi. Ia akan bersikap penuh kehati-hatian sama seperti yang ia lakukan seperti sebelum divaksin.

sumber: kompas.com

Author: Bang Ferry

Tinggalkan Balasan