081260858209Telepon
Terletak di sebuah sudut tenang Pulau Samosir, di tepi Danau Toba, Ecovillage Silimalombu telah menjelma menjadi salah satu laboratorium hidup di Indonesia dalam melaksanakan wisata berkelanjutan berbasis edukasi dan budaya. Destinasi ini bukan hanya sekadar menawarkan penginapan atau lanskap indah, melainkan menggagas satu filosofi baru tentang bagaimana manusia bisa hidup harmonis dengan alam, membangun ekonomi alternatif yang ramah lingkungan, serta melestarikan tradisi Batak yang otentik. Laporan ini akan mengulas secara terstruktur dan mendetail aspek-aspek inti dari Ecovillage Silimalombu, mencakup konsep wisata edukasinya, kebun organik, pengalaman hidup berkelanjutan, inovasi pengolahan mango wine, sejarah dan budaya setempat, fasilitas dan aktivitas yang ditawarkan, hingga akses transportasi lengkap berdasarkan sumber-sumber web terpercaya dan terbaru.
Konsep Wisata Edukasi di Ecovillage Silimalombu
Latar Konsep dan Filosofi
Ecovillage Silimalombu didirikan oleh Ratnauli Gultom dan Thomas Heinle sejak tahun 2008 sebagai jawaban mendalam terhadap kebutuhan akan wisata berbasis keberlanjutan dan pembelajaran. Konsep yang diusung bukan sekadar menyediakan tempat menginap, melainkan mengajak wisatawan hidup, belajar, dan bekerja selaras dengan ritme alam dan tradisi lokal. Pendekatan edukatif diterapkan menyeluruh: mulai dari pertanian organik, pemanfaatan energi terbarukan, hingga upaya zero waste langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Pengunjung yang datang tidak hanya menjadi tamu, melainkan turut terlibat sebagai bagian dari ekosistem desa. Mereka diajak untuk bertani, memasak, mengelola sampah, hingga ikut dalam berbagai workshop dan diskusi soal isu ekologi. Dengan konsep “learning by doing”, setiap momen kunjungan menjadi pengalaman belajar holistik.
Edukasi Berbasis Pengalaman
Berbeda dengan ekowisata konvensional, Silimalombu menawarkan pengalaman hands-on education, di mana pengunjung bukan hanya menyaksikan, namun juga melibatkan diri langsung dalam aktivitas harian warga dan pengelola ecovillage. Ini mencakup:
- Belajar Membuat Kompos: Pengunjung diajak memahami siklus alam dengan mengolah sampah organik menjadi kompos untuk menyuburkan tanah kembali.
- Workshop Pengolahan Produk Lokal: Mulai dari selai mangga, minyak kemiri, hingga wine mangga, semuanya diajarkan proses pembuatan secara langsung.
- Edukasi Zero Waste: Setiap proses produksi dan konsumsi makanan didesain minim limbah. Ampas dan sisa hasil kebun diolah kembali, termasuk menjadi produk baru semacam cuka, pakan ternak, atau materi kompos.
Konsep edukasinya menyasar berbagai kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, komunitas pecinta lingkungan, hingga wisatawan umum yang ingin menggali pengalaman green lifestyle secara aplikatif di destinasi nyata.
Pemberdayaan dan Kolaborasi
Pemberdayaan masyarakat lokal menjadi pijakan utama. Ecovillage Silimalombu berperan sebagai pusat pembelajaran tidak hanya untuk wisatawan, tetapi juga fasilitator, petani, dan masyarakat sekitar lewat pelatihan pertanian organik, daur ulang, hingga pengolahan produk bernilai jual tinggi. Ecovillage ini juga rutin menerima studi banding dari institusi pendidikan, baik tingkat dasar hingga perguruan tinggi, serta menerima relawan dalam program live-in atau magang dalam berbagai topik keberlanjutan desa.
Implementasi Konsep Smart Village
Silimalombu telah diakui sebagai salah satu pionir “smart village” yang digagas dengan pendekatan partisipatif, pemberdayaan sumber daya lokal, serta transfer pengetahuan lintas generasi. Kegiatan belajar tidak hanya terjadi di kelas, namun meresap dalam keseharian desa, dari pengenalan teknologi sederhana seperti filtrasi air, pengomposan, hingga labeling jenis tanaman sebagai media pembelajaran bagi pemuda dan anak sekolah.
Kebun Organik Ecovillage Silimalombu
Komposisi dan Keanekaragaman Kebun
Ecovillage Silimalombu dikelilingi hamparan kebun organik yang luas, mencakup sekitar 70% wilayah desa. System pertanian berbasis organik ini menaungi ratusan pohon mangga, alpukat, kopi, kemiri, jeruk, kelapa, sirsak, pisang, dan berbagai jenis sayuran musiman. Tidak hanya perkebunan, area ini juga memelihara peternakan ayam kampung, itik, kambing, serta kolam ikan air tawar seperti mujair dan lobster dari Danau Toba.
Keseluruhan manajemen lahan dijalankan tanpa pupuk atau pestisida kimia – seluruh kebutuhan nutrisi tanaman dipenuhi dari pupuk kompos dan limbah organik sisa konsumsi atau produksi lokal. Praktik pertanian ini memberi hasil nyata: produk buah, sayur, dan hasil ternak yang dijamin organik, sehat, serta ramah lingkungan.
Sistem Pertanian Permakultur
Silimalombu menggunakan pendekatan permaculture, yakni mengelola kebun dengan pola tanam beragam dalam satu lahan untuk menciptakan ekosistem yang saling menunjang dan stabil. Gulma dan limbah hasil kebun bukan dianggap “sampah”, melainkan dijadikan penutup tanah (mulsa) atau sumber pakan tambahan bagi ternak.
Prinsip tanam sekali, panen berulang (tanam sekali, panen selamanya) digelorakan. Pada prakteknya, buah-buahan seperti mangga jatuh dari pohon akan tumbuh tunas baru secara alami, tanpa perlu upaya penanaman ulang secara intensif. Dengan demikian, ekosistem tetap lestari, pengeluaran operasional minimal, dan kualitas hasil kebun tetap terjaga tinggi.
Interaksi Wisatawan dengan Kebun
Wisatawan diberi keleluasaan untuk ikut berkebun dan memanen hasil panen sesuai musim. Kegiatan mencakup:
- Panen Mangga dan Buah-buahan Lain: Mengikuti siklus musim mangga, pengunjung bisa ikut memanen sekaligus belajar seleksi buah berkualitas.
- Tur Kebun Herbal dan Kopi: Wisatawan menyaksikan langsung proses pemetikan kopi, pengolahan, hingga penyajian kopi asli Samosir.
- Pembelajaran Budidaya Tanaman Sayur: Turut serta menanam dan memanen sayuran, serta memahami sistem tanam organik tanpa input kimia.
Konservasi Tanaman Langka dan Endemik
Kebun Silimalombu juga menjadi rumah bagi beberapa pohon mangga endemik Danau Toba, bahkan pohon mangga tertua diperkirakan sudah berumur 500 tahun dan masih produktif. Selain itu, upaya penanaman kembali terus digiatkan untuk menjaga keanekaragaman flora asli Batak dan pohon-pohon bermanfaat lainnya.
Pengalaman Hidup Berkelanjutan di Silimalombu
Misi Hidup ‘Eco’
Ecovillage Silimalombu secara konsisten menerapkan praktik hidup berkelanjutan tidak hanya untuk wisatawan, tapi juga sebagai gaya hidup seluruh komunitas desa. Filosofi “Survive Without Money” diperkenalkan oleh pengelolanya untuk membuktikan bahwa sumber daya alam bila dikelola baik mampu mencukupi kebutuhan hidup dasar masyarakat tanpa ketergantungan pada uang tunai.
Energi Terbarukan dan Pengelolaan Limbah
Energi listrik Ecovillage Silimalombu 80-100% bersumber dari panel surya, menandakan komitmen nyata terhadap pengurangan jejak karbon. Pengolahan limbah domestik dijalankan dengan prinsip zero waste: limbah organik diolah menjadi kompos, limbah cair didaur ulang, dan limbah keras didorong untuk di-upcycling atau menjadi kerajinan warga.
Zero Waste dan Circular Economy
Konsep zero waste diterapkan di setiap aspek kehidupan harian. Tidak ada satu pun bagian tanaman atau hasil kebun yang dibuang, semuanya kembali dimanfaatkan. Limbah pengolahan wine mangga, misalnya, dijadikan antiseptik atau hand sanitizer alami, sementara cangkang dan sisa buah dimanfaatkan sebagai kompos atau pakan ternak.
Produk-produk yang dihasilkan benar-benar mengikuti prinsip circular economy, mulai dari minyak kemiri untuk kesehatan, minyak serai, hingga berbagai varian selai, saus, dan teh herbal. Semua komponen produksi berujung pada pengurangan sampah dan peningkatan nilai jual serta manfaat.
Community Living dan Interaksi Budaya
Ekosistem social di Silimalombu sangat inklusif. Wisatawan yang menginap akan dilemparkan langsung pada kehidupan komunal khas Batak. Acara makan bersama, kegiatan bertani, hingga ritual-ritual sederhana dalam komunitas tidak dipisahkan dari pengalaman harian menginap. Hal ini menciptakan sensasi “pulang kampung” dan menjalin hubungan kekeluargaan erat antara tamu dan tuan rumah.
Pendidikan Hidup Berkelanjutan
Ecovillage Silimalombu tidak hanya menjadi objek wisata, melainkan laboratorium pendidikan keberlanjutan. Bahkan menjadi lokasi studi banding, pelatihan fasilitator, dan riset mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Seluruh aktivitas eco-lifestyle, mulai dari bercocok tanam, membuat kompos, hingga pengolahan minyak, jam, dan zero waste products dapat dipelajari langsung dan diadaptasi oleh pengunjung maupun peserta pelatihan.
Inovasi Pengolahan Mango Wine di Silimalombu
Sejarah Pengolahan Mango Wine
Mango wine adalah salah satu produk inovatif dan unik karya Ecovillage Silimalombu, tercipta dari keinginan memanfaatkan hasil panen mangga yang melimpah namun tidak terserap pasar karena kualitas visual kurang sempurna. Proses pengembangan produk ini telah berlangsung sejak 2014, diawali dari eksperimen fermentasi sederhana, hingga akhirnya berhasil memperoleh formula dan perizinan produksi wine mangga yang aman dan bernilai tinggi.
Tahapan Proses Tradisional & Modern
Pengolahan wine mangga mengadopsi metode fermentasi tradisional ala Eropa dengan sentuhan inovasi lokal:
- Pengumpulan Mangga: Buah mangga yang jatuh dan tidak layak jual dikumpulkan untuk menginterupsi perkembangbiakan hama dan mencegah penggunaan insektisida.
- Pembersihan: Mangga dicuci bersih menggunakan air Danau Toba yang jernih.
- Ekstraksi Juice: Buah dihaluskan dan saring menggunakan media stainless steel.
- Fermentasi: Juice dimasukkan ke dalam drum bekas kimia yang sudah dibersihkan, lalu difermentasi dengan penambahan ragi dan gula alami. Fermentasi berlangsung selama 2 hingga 8 minggu untuk menghasilkan alkohol dengan kadar hingga 16% – tingkat keasaman dan keamanan produk dipantau secara periodik.
- Penyaringan: Setelah fermentasi selesai, wine disaring menggunakan kain bersih dan disimpan dalam drum hingga benar-benar jernih.
- Botoling: Produk akhir dikemas dalam botol daur ulang, biasanya botol bekas bir hotel di Tuktuk. Botol dibersihkan tanpa bahan kimia, dikeringkan di bawah matahari, lalu ditutup rapat untuk menjaga kualitas hingga 30 tahun ke depan.
- Zero Waste: Sisa limbah produksi, baik cairan fermentasi gagal (menjadi vinegar) atau ampas, dimanfaatkan untuk produk lain, seperti antiseptik dan bahan kompos.
Legalitas dan Peluang Ekonomi
Setelah melalui berbagai proses pengajuan dan perizinan, Ecovillage Silimalombu kini telah mengantongi izin produksi, meski distribusi wine secara terbuka masih dibatasi peraturan lokal mengenai minuman beralkohol. Namun, inovasi produk ini tidak hanya terbatas pada wine, tapi juga pun cuka mangga, selai, mango leather, hingga hand sanitizer berbasis mangga yang sudah diakui manfaat dan keamanannya.
Nilai Tambah dan Dampak Sosial
Produk mango wine telah berhasil memberikan nilai tambah secara signifikan pada hasil kebun yang sebelumnya hanya menjadi limbah. Selain itu, prosesnya secara langsung meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai ekonomi dari hasil olahan pertanian dan pentingnya pengelolaan limbah sebagai bagian dari pemberdayaan desa berkelanjutan.
Ragam Fasilitas di Ecovillage Silimalombu
Jenis Akomodasi
Penginapan di Ecovillage Silimalombu berbentuk homestay, guesthouse, serta eco-lodge yang keseluruhannya didesain natural, memanfaatkan material lokal bambu dan kayu, tetap membaur dengan arsitektur tradisional Batak. Jumlah kamar sekitar 10 unit, terdiri atas tipe single, double, family, dan kapasitas dormitory untuk kelompok hingga 80 orang.
Setiap kamar sebagian besar menghadap langsung ke Danau Toba, menawarkan pemandangan danau dan perbukitan, serta udara segar tanpa AC yang digantikan dengan ventilasi alami.
Fasilitas Umum dan Layanan
Fasilitas yang tersedia antara lain:
- Ruang makan komunal yang juga berperan sebagai area diskusi dan interaksi.
- Dapur terbuka untuk workshop masak-memasak bersama.
- Sauna herbal dengan minyak kemiri alami dan view danau.
- Area berkemah, taman botani, dan akses langsung ke pantai danau.
- Wifi (Starlink) dengan kecepatan tinggi hingga 200 Mbps, cocok bagi digital nomad atau peserta workation.
- Parkir gratis, penitipan anak, transportasi bandara (dengan reservasi), ruang serbaguna untuk pelatihan atau gathering.
Layanan lainnya termasuk cuci pakaian, rental sepeda atau kano, serta fasilitas bagi tamu yang ingin membawa hewan peliharaan.
Standar Kebersihan dan Zero Waste
Semua fasilitas dikelola dengan prinsip ramah lingkungan: penggunaan air dari danau untuk mandi (dengan prosedur keamanan tertentu), tanpa pemakaian tissue, serta larangan membawa makanan instan atau kemasan ke dalam kawasan homestay. Hal ini untuk menjaga konsistensi zero waste dan komitmen green lifestyle.
Aktivitas Wisata di Ecovillage Silimalombu
Daya Tarik Utama dan Aktivitas Wisata
| Daya Tarik Utama | Aktivitas yang Tersedia |
|---|---|
| Botanical Garden | Tur kebun organik, panen buah musiman, identifikasi tanaman herbal dan endemik |
| Pengolahan Produk Lokal | Workshop dari selai, mango wine, jamu, minyak kemiri, saus, roti, hingga teh herbal |
| Wisata Perikanan | Memancing ikan dan lobster, belajar fishing mardoton/tradisional, memanen hasil Danau Toba |
| Farm to Table Experience | Masak bersama, workshop masakan Batak, menikmati buffet harian langsung dari hasil kebun/danau |
| Eksplorasi Budaya | Kelas tari Tor-tor Batak, partisipasi dalam upacara adat, mengenal rumah adat Batak, dan musik tradisional |
| Spiritual-Nature | Meditasi pagi di tepi danau, sauna herbal, hiking ringan, berenang di danau |
| Sustainability Workshops | Pengolahan kompos, zero waste living, upcycling limbah, penanaman pohon |
| Wisata Edukatif Anak | Belajar bercocok tanam, memberi makan ternak, labeling tanaman, wisata edukasi lingkungan |
| Ekowisata Aktif | Kayaking/Solu, trekking di hutan desa, birdwatching |
Penjabaran Aktivitas dan Nilai Edukatifnya
Aktivitas di Ecovillage Silimalombu sangat variatif, penuh nilai edukasi, dan cocok untuk berbagai usia maupun minat wisatawan. Tur kebun dan panen bersama menumbuhkan penghargaan pada siklus pertanian organik. Workshop pengolahan produk tidak hanya menghasilkan buah tangan, namun juga transfer pengetahuan tentang food production, keamanan pangan, dan diversifikasi produk lokal bernilai ekonomi.
Keterlibatan dalam aktivitas farm-to-table (proses dari kebun ke meja makan) membekali wisatawan dengan pemahaman tracing pangan, pentingnya asupan sehat, serta cara memasak tanpa MSG/pengawet.
Aktivitas perikanan dan workshop memancing turut mengenalkan sistem pengelolaan sumber daya danau serta pentingnya menjaga biota Danau Toba. Wisata budaya dan kelas-kelas tradisional semakin melengkapi pengalaman dengan pengenalan nilai lokal, sejarah, serta spiritualitas Batak.
Pengunjung anak-anak sangat diakomodasi dengan aktivitas edukatif yang merangsang kecintaan lingkungan dan belajar mandiri melalui kegiatan tanam-menanam, memberi makan ternak, serta live-in experience. Selain itu, aktivitas outbond seperti berenang, kayak, atau trekking menghadirkan keseimbangan antara edukasi, ekologi, dan petualangan.
Sejarah dan Budaya Lokal Silimalombu
Riwayat Desa dan Kearifan Lokal
Nama Silimalombu sendiri berarti “lima lembu” dan telah berdiri sebagai salah satu desa Batak tertua, kini dihuni sekitar 302 jiwa dengan 87 kepala keluarga, mayoritas suku Batak beragama Kristen. Silimalombu dipimpin oleh kepala desa dan merupakan bagian dari Kecamatan Onan Runggu, Samosir. Sejarah dan struktur desa dipengaruhi adat Batak Toba yang sangat menghormati leluhur, kebersamaan, serta nilai gotong royong.
Lansekap desa didominasi wilayah pertanian (70% lahan), dengan kombinasi bukit, pantai, dan sawah irigasi yang mendukung praktik pertanian komunal, perikanan, dan peternakan tradisional. Tradisi lisan, upacara adat, musik, dan tari Batak tetap dijaga, dengan wisatawan sering kali diundang untuk ikut serta agar pengalaman wisata budaya utuh dirasakan oleh siapa pun yang datang.
Warisan Budaya dan Interaksi
Silimalombu sangat menonjolkan interaksi budaya dalam kehidupan sehari-hari. Wisatawan yang menginap akan diajak dalam perayaan kecil, pesta makan bersama, dan terkadang diikutsertakan dalam hajatan keluarga atau acara adat. Selain itu, nilai spiritual Batak, seperti penerapan haroan di ladang, menghormati pohon keramat, hingga upacara syukuran panen, memperkaya pengalaman kunjungan.
Selain upaya pelestarian budaya, Ecovillage Silimalombu juga rutin menginisiasi festival tematik, seperti Mango Festival yang menjadi ajang promosi produk lokal, pertukaran pengetahuan, serta pertemuan berbagai komunitas ekowisata internasional dan lokal.
Jejak Pengakuan Nasional dan Internasional
Pengalaman keberlanjutan dan inovasi di Silimalombu telah menempatkannya sebagai benchmark destinasi ekowisata. Bahkan, Raja dan Ratu Belanda tercatat telah berkunjung ke desa ini, menunjukkan pengakuan internasional atas nilai konservasi, budaya, dan produk lokal yang dihasilkan.
Akses Transportasi Menuju Ecovillage Silimalombu
Rute dari Medan dan Kota/Kabupaten Lain
Akses utama ke Ecovillage Silimalombu dimulai dari kota Medan, Bandar Udara Kualanamu, atau dari Bandara Silangit. Wisatawan bisa memilih moda transportasi sesuai preferensi:
- Mobil Sewa/Travel: Perjalanan Medan–Parapat kini dapat ditempuh 4–6 jam berkat jalan tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi dan Tol Sinaksak, diikuti transfer ke Pulau Samosir dengan ferry.
- Bus Umum: Dari Terminal Amplas Medan, bus menuju Parapat (estimasi biaya Rp 60.000–80.000/orang), transit ke Samosir dengan kapal.
- Kereta Api: Siantar Ekspres Medan–Pematangsiantar, lanjut taksi ke Parapat, lalu penyeberangan ke Samosir.
- Dari Bandara Silangit: Hanya 1,5–2 jam ke Parapat, dilanjut ferry lintas Parapat–Tomok, Ambarita/Samosir.
Menyeberang ke Pulau Samosir dan Menuju Desa Silimalombu
Setibanya di Parapat, wisatawan biasanya menyeberang dengan:
- Kapal Ferry Ro-ro (KMP Ihan Batak): Tujuan Pelabuhan Tomok/Ambarita Samosir, termasuk penumpang dan kendaraan bermotor (motor, mobil).
- Kapal kayu penumpang: Menuju Tomok/Tuktuk, berangkat setiap 30–60 menit.
Dari Tomok/Ambarita, perjalanan darat dengan mobil/motor sekitar 13 kilometer (30–40 menit) menuju Desa Silimalombu. Jalan yang dilalui cukup menantang: memasuki hutan, jalan berbatu, melewati desa kecil dan perkebunan hingga tiba di pinggir Danau Toba tepat lokasi Ecovillage.
Alternatif: Jalur Darat Samosir via Jembatan Tano Ponggol
Jalur jembatan Tano Ponggol kini memungkinkan kendaraan langsung masuk ke Pulau Samosir dari daratan utama lewat Pangururan–Tele. Ini cocok untuk wisatawan yang ingin fleksibilitas penuh menggunakan mobil sewaan pribadi.
Transportasi Lokal di Sekitar Samosir
Setelah tiba di pulau:
- Motor Sewa: Populer dan ekonomis (Rp 80.000–120.000/hari)
- Mobil Sewa plus supir: Untuk keluarga atau grup, sekaligus pemandu wisata.
- Bentor/Becak motor: Untuk rute pendek di Tomok/Tuktuk.
- Angkutan Umum: Tersedia, namun tidak disarankan karena jadwal tidak pasti.
Untuk tiba di Ecovillage, direkomendasikan menggunakan transportasi pribadi atau travel, karena tidak dilalui angkutan umum reguler. Pastikan bertanya pada warga bila bingung rute setempat.
Fasilitas Edukasi dan Workshop Praktis
Workshop dan Pelatihan
Ecovillage Silimalombu sering mengadakan kelas dan pelatihan tematik seperti:
- Pembuatan kompos dan pupuk organik cair/padat, termasuk sistem bank sampah rumah tangga.
- Workshop pengolahan minyak kemiri, minyak kelapa, pengolahan selai, cuka, dan teh herbal.
- Zero waste cooking, farm-to-table, dan praktik pengelolaan rumah tangga ramah lingkungan.
- Identifikasi dan labeling tanaman kebun sebagai media belajar peserta didik.
Seluruh workshop menerapkan metode kolaboratif dan partisipatif, dengan pengelola dan fasilitator langsung terjun memberikan pendampingan.
Pelatihan Fasilitator Desa dan Studi Banding
Ecovillage Silimalombu juga aktif sebagai tuan rumah pelatihan fasilitator, baik dari masyarakat sekitar maupun desa-desa lain yang ingin mengadopsi praktik eco/smart village. Peserta dibekali pengetahuan komprehensif mulai dari karakter building, pemberdayaan sumber daya, monitoring aktivitas, hingga evaluasi hasil pelatihan lapangan.
Ecovillage Silimalombu merepresentasikan model ekowisata edukatif yang integral, menggabungkan pertanian organik, pemberdayaan masyarakat, inovasi produk lokal, hingga pelestarian budaya Batak Toba secara holistik. Setiap sudut aktivitas dan fasilitasnya mendorong wisatawan dan masyarakat untuk mengalami, belajar, dan menerapkan prinsip keberlanjutan baik dalam konteks ekologi, sosial, dan ekonomi.
Dengan pengalaman hands-on living, pengolahan makanan dan limbah zero waste, serta pengolahan produk olahan inovatif seperti mango wine – Ecovillage Silimalombu menjadi laboratorium hidup yang bukan hanya menawarkan liburan, tetapi juga transformasi cara pandang hidup modern ke arah yang lebih membumi dan lestari. Dukungan fasilitas, akses transportasi yang makin nyaman, serta integrasi dengan nilai budaya lokal menjadikan Silimalombu layak menjadi destinasi utama wisata edukasi keberlanjutan di Sumatera Utara, sekaligus contoh nyata smart village yang hidup dan terus tumbuh berkat inisiatif warga dan jejaring komunitas.
Daya Tarik Utama dan Aktivitas Wisata di Ecovillage Silimalombu
| Daya Tarik Utama | Aktivitas yang Ditawarkan |
|---|---|
| Botanical Garden | Tur kebun organik dan identifikasi tanaman endemik |
| Mangga Toba & Mango Wine | Workshop mango wine, panen mangga, pengolahan cuka & produk turunan |
| Kuliner Zero Waste | Masak bersama, menikmati buffet organik farm-to-table, workshop makanan lokal |
| Wisata Budaya Batak | Tari & musik tradisional, upacara adat, mengenal rumah adat, interaksi sosial |
| Edukasi Berkelanjutan | Workshop kompos, zero waste, daur ulang, identifikasi tanaman, bank sampah |
| Spiritual-Nature | Meditasi, sauna herbal, berenang di danau, hiking |
| Perikanan Tradisional | Memancing, panen lobster, memahami sistem perikanan Danau Toba |
| Wisata Anak | Memberi makan ternak, labeling kebun, edukasi bertani dan zero waste untuk anak |
| Gathering & Retreat | Sarana live-in, ruang serbaguna, gathering, camping di tepi danau |
Sorry, no records were found. Please adjust your cari criteria and try again.
Sorry, unable to load the Maps API.












