Eropa pernah menghadapi sebuah wabah besar bernama Black Death pada 1346–1353.
Wabah itu menyebabkan hampir 200 juta orang meninggal. Wabah Black Death dimulai karena kutu yang tinggal pada tikus rumah.
Seorang perwakilan dari Museum Bank Indonesia Winarni Soewarno mengatakan, saat itu para dokter yang menangani wabah memanfaatkan rempah saat menangani pasien.
Baca juga:
- Pemkab Toba Harapkan Kebun Percobaan Gurgur Jadi Suplai Benih Sayur untuk Dapur MBG
- Menjelang Revalidasi UNESCO, Perbaikan Geopark Kaldera Toba Masih Setengah Jalan
- UMKM Sibaganding olah ikan predator Danau Toba jadi khas kuliner Parapat
- Rupang Tiga Buddha Perlindungan di Vihara Suwarnadwipa Simalem Resort Diresmikan, Ratusan Umat Buddha Hadir
- Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus dan Long Weekend, Empat Hari KMP Ihan Batak dan Pora-Pora Layani Penumpang Hingga Malam
“Rempah menjadi salah satu komoditi yang bisa dijadikan sebagai bahan obat. Contohnya adalah pala yang dijadikan obat Black Death,” ungkap Winarni.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam International Forum On Spice Route 2020 bertajuk Celebrating Diversity and Intercultural Understanding Through Spice Route as One of the World’s Common Heritage, Kamis (24/9/2020).
Sama seperti tenaga kesehatan (nakes) saat ini. Dahulu para nakes juga mengenakan hazmat berupa jubah sepanjang mata kaki, sarung tangan, topi, dan masker.
Virus dipercaya menyebar lewat udara
Mengutip Atlas Obscura, para dokter pada saat wabah terjadi, juga disebut sebagai plague doctor, percaya bahwa virus dapat menyebar melalui udara yang tercemar.© Disediakan oleh Kompas.com Ilustrasi plague doctor – Ilustrasi dokter Black Death.
Adapun yang dimaksud dengan udara yang tercemar adalah udara yang sudah tercampur dengan bau busuk para jenazah korban Black Death.
Winarni mengatakan, masker yang digunakan sangat berbeda dari masker saat ini lantaran bentuknya yang menyerupai paruh burung.
“Masker berguna supaya dokter tidak langsung mencium bau dari mayat-mayat yang membusuk akibat Black Death. Paruh burung jadi tempat untuk meletakkan rempah-rempah,” ujar Winarni.
Wewangian tajam yang diciptakan berbagai macam rempah digunakan dan dimasukkan ke dalam paruh burung agar mereka tidak menghirup udara tersebut.
Selain itu, rempah juga diyakini memiliki kekuatan mistis yang bisa menyembuhkan.
“Rempah juga diyakini bisa menjaga para dokter agar tidak terjangkit Black Death,” kata Winarni.
sumber: kompas.com
Leave a Reply