Kawasan Taman Nasional (TN) Kelimutu di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah sangat mendunia karena keindahan dan kisah mistis Danau Tiga Warna-nya.
Selain danau itu, ada juga tempat menarik lainnya di sana, yakni tempat pesanggrahan atau peristirahatan Belanda.
Kepala Pengelola Taman Nasional Kelimutu Agus Sitepu mengatakan, tempat pesanggrahan itu merupakan bangunan yang dibangun pada masa penjajahan.
Bangunan itu digunakan sebagai tempat peristirahatan atau persinggahan orang Belanda saat menuju Danau Kelimutu.
“Tempat persinggahan itu terletak di area parkir jalan menuju Danau Kelimutu. Saat ini, kami sering sebut tempat itu anjungan persanggrahan,” kata Agus kepada Kompas.com melalui telepon, Minggu (20/9/2020).© Disediakan oleh Kompas.com Foto : Tempat pesanggrahan Belanda yang berada di area parkir menuju Taman Nasional Kelimutu sudah mulai ditata pihak pengelola.
Ia melanjutkan, tempat persinggahan Belanda itu belum banyak dilirik wisatawan. Meski demikian, bangunan itu pernah direnovasi Dinas Pariwisata Kabuapten Ende pada 2015.
Situs sejarah di TN Kelimutu
Menurut Agus, Persenggarahan Belanda itu adalah situs sejarah. Saat ini, pihaknya sedang mencoba mempublikasikan dan mencari bentuk arsitektur aslinya, sehingga bisa ditulis di papan informasi.
Ia melanjutkan, gaya arsitektur tempat persanggrahan itu adalah gabungan Belanda dan salah satu suku di Flores bernama Lio.
Arsitektur Belanda tampak pada material semen sebagai fondasi dan dinding setengah tembok. Sementara itu, material kayu dan alang-alang sebagai penutup bangunan itu kental dengan model bangunan suku Lio.
Bangunan persanggrahan itu memiliki dua lantai. Lantai satu terdapat kamar tidur, ruang perapian, dapur, toilet, dan kamar mandi.
Sedangkan di lantai 2, terdapat ruangan tanpa sekat. Selain untuk tidur, ruangan itu juga menyimpan bahan-bahan penting dan makanan.
Keduanya dihubungkan dengan satu tangga kayu di tempat perapian. Bangunan persanggrahan itu menyerupai pondok, serta terlihat ada sumur dan gudang.
Pasca-kemerdekaan, sambung Agus, bangunan itu digunakan sebagai pos pengamatan gunung api oleh pemerintah.
Tempat itu kemudian ditinggalkan karena sudah dibangun balai vulkanologi dan danau Kelimutu masuk jadi taman nasional.
Agus melanjutkan, seiring bertambahnya usia bangunan dan minimnya perhatian, pesanggrahan itu tidak dipakai lagi. Hanya tersisa puing-puing tembok yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.
“Beberapa waktu lalu, pengelola TN Kelimutu membenahi tempat persanggrahan itu untuk mendukung spot wisata sejarah,” ujar dia.
Persanggrahan itu sebelumya juga pernah dimanfaatkan untuk acara penting, salah satunya Workshop Elang Flores pada 2019.
“Saat ini, pengelola sedang membenahi tempat itu agar wisatawan tidak melulu menumpuk di danau Kelimutu,” imbuh Agus.
sumber: kompas.com
Tinggalkan Balasan