Di tahun 2025 ini, saat industri pariwisata kembali bergeliat normal, penting untuk menengok kembali salah satu inovasi paling signifikan yang lahir dari keterbatasan: Traveloka Online Xperience. Diluncurkan pada 8 Oktober 2020, layanan tur virtual ini menjadi jawaban kreatif Traveloka di tengah tantangan pandemi COVID-19, mengubah cara kita memandang dan merencanakan perjalanan.
Inisiatif di bawah unit bisnis Traveloka Xperience ini bukan sekadar produk, melainkan sebuah gerakan untuk menjaga ekosistem pariwisata domestik tetap hidup, terutama para pramuwisata yang menjadi garda terdepan.
Konsep Unik: Menjelajah Indonesia dari Ruang Tamu Anda
Traveloka Online Xperience dirancang sebagai jembatan antara kerinduan akan traveling dengan keamanan di rumah. Konsepnya sederhana namun efektif: membawa destinasi impian langsung ke layar pengguna melalui sesi interaktif yang dipandu oleh pramuwisata profesional.
-
Pengalaman Komprehensif: Tur virtual ini bukan sekadar video pemandangan. Selama 1 hingga 1,5 jam, peserta diajak merasakan simulasi perjalanan lengkap, mulai dari keberangkatan di bandara, rekomendasi akomodasi, hingga eksplorasi mendalam di destinasi.
-
Interaksi Langsung: Menggunakan platform konferensi video seperti Zoom, peserta bisa bertanya jawab langsung dengan pemandu, menciptakan pengalaman yang personal dan informatif.
-
Harga Terjangkau: Dengan tiket yang ditawarkan mulai dari Rp 50.000, layanan ini membuka akses bagi siapa saja untuk “mencicipi” destinasi sebelum benar-benar berkunjung.
“Tur virtual Online Xperience menyediakan wadah bagi pramuwisata untuk berbagi informasi inspiratif destinasi wisata di Indonesia,” kata Co-Founder Traveloka, Albert, dalam konferensi peluncurannya kala itu. Pernyataan ini menggarisbawahi misi ganda produk tersebut: memberdayakan pekerja wisata sekaligus menginspirasi calon pelancong.
Menjawab Perubahan Perilaku Konsumen di Masa Krisis
Peluncuran Online Xperience merupakan langkah strategis yang didasari oleh data. Head of Marketing Traveloka Xperience, Terry Santoso, menjelaskan pada tahun 2020 bahwa adaptasi kebiasaan baru telah mengubah minat konsumen secara drastis.
“Mengutip data yang dihimpun Traveloka, sebagian besar responden mencari pengalaman baru tapi tetap menjaga protokol kesehatan,” ujar Terry. Tur virtual menjadi solusi sempurna, menawarkan “akses produk wisata tanpa jarak dan waktu” yang aman dan mudah dijangkau.
Meskipun diakui tidak akan pernah bisa menggantikan sensasi perjalanan sungguhan, Terry menekankan perannya sebagai alat informasi dan inspirasi. “Pengalaman interaktif dengan pemandu wisata, setidaknya menjadi informasi sebelum pelancong benar-benar bisa bepergian ketika pandemi berakhir,” jelasnya.
Warisan dan Relevansi di Era Pasca-Pandemi (2025)
Meskipun permintaan tur virtual murni telah berevolusi sejak perbatasan dibuka kembali, warisan dari Traveloka Online Xperience tetap terasa hingga hari ini.
-
Melahirkan Wisatawan yang Lebih Terinformasi: Inovasi ini membantu menormalisasi perencanaan wisata digital. Kini, wisatawan lebih terbiasa melakukan riset mendalam, menonton ulasan video, dan bahkan mengikuti sesi online sebelum memutuskan destinasi.
-
Akselerasi Digitalisasi Pramuwisata: Program ini mendorong para pemandu wisata untuk beradaptasi dengan teknologi, meningkatkan kemampuan mereka dalam bercerita secara digital—sebuah keahlian yang kini sangat relevan di era media sosial.
-
Model Bisnis Hibrida: Konsep tur virtual kini telah berkembang menjadi alat “try before you buy” yang efektif bagi banyak agen perjalanan, menawarkan sesi pratinjau online untuk paket-paket wisata premium.
Pada awalnya, Traveloka Online Xperience meluncurkan 15 destinasi dari 7 provinsi, termasuk Bali, Labuan Bajo, NTT, hingga Papua. Inisiatif ini tidak hanya menjadi penyelamat sementara, tetapi juga sebuah babak penting dalam sejarah evolusi industri perjalanan Indonesia, membuktikan bahwa inovasi dapat tumbuh subur bahkan di masa-masa tersulit sekalipun.




Tinggalkan Balasan