Asal Mula Susu Ikan yang Diusulkan di Program Makan Bergizi Gratis

19 Sep 2024 1 min read No comments Berita
Featured image

 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkapkan asal mula adanya susu ikan yang diusulkan dalam Program Makan Bergizi Gratis. Susu ikan disebut sebagai salah satu inovasi produk dari hilirisasi hasil perikanan.

Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Budi Sulistyo mengatakan, penelitian sudah dilakukan beberapa tahun lalu. Pada 2017, para peneliti menemukan hidrolisat protein ikan (HPI).

Para peneliti itu di antaranya melibatkan Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

“Itu tahun 2017 teman-teman para peneliti telah berhasil menemukan HPI yang menjadi ekstrak protein ikan,” kata Budi dalam media briefing di Kantor KKP, Jakarta, Selasa (17/9/2024).

Penemuan HPI tersebut merupakan langkah awal untuk memanfaatkan protein ikan menjadi berbagai produk pangan. Hingga pada 2021, kata Budi, peneliti berhasil membuat produk susu ikan dari hasil penelitian lanjutan mereka terhadap temuan HPI.

Pada 2023, susu ikan tersebut secara resmi diperkenalkan atau diluncurkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono bersama Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.

“Jadi penelitiannya dilanjutkan, dan teman-teman (peneliti) di tahun 2021 sudah berhasil menemukan atau menyajikan dari HPI ini menjadi susu ikan, dan tahun 2023, susu ikan ini telah dikenalkan atau di-launching,” kata Budi.

Menurutnya, penyediaan susu ikan sejalan dengan upaya meningkatkan asupan gizi masyarakat. Terutama memenuhi asupan protein masyarakat Indonesia yang masih rendah.

Tercatat berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, tingkat asupan protein masyarakat Indonesia baru mencapai 62,3 gram per kapita per hari.

Angka itu jauh di bawah beberapa negara asia lainnya, seperti Vietnam 94,4 gram per kapita, Malaysia 89,1 gram per kapita, Jepang 82,9 gram per kapita, Korea Selatan 78,5 gram per kapita, maupaun Myanmar 78,3 gram per kapita.

“Nilai strategis dari program ini adalah bagaimana pemerintah hadir memastikan pemenuhan gizi dan protein masyarakat, memerangi stunting, kemudian membangun generasi yang tangguh, kuat dan cerdas ke depan,” ujar Budi.

Di sisi lain, upaya peningkatan asupan protein masyarakat ini diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan memberdayakan UMKM, serta menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Alhasil, ada pelipatgandaan dampak ekonomi.

Diperkirakan industri susu ikan bakal berkontribusi 1 persen terhadap total kebutuhan susu nasional yang berkisar 4,1 juta ton per tahun.

Dengan kontribusi itu maka dapat menyerap 195.796 tenaga kerja dari pembentukan industri protein ikan atau hidrolisat protein ikan (HPI), pembentukan industri susu ikan, dan pelibatan nelayan.

“Jadi ini adalah kekuatan nasional yang bisa kita bangun, kita bisa manfaatkan sumber daya kita, asli produk Indonesia, untuk meningkatkan asupan protein masyarakat,” kata Budi.

sumber: kompas.com

Author: 1toba

Share:

Tinggalkan Balasan