Ternate dan Tidore merupakan dua pulau yang saling berhadapan satu sama lain dan dipancang gunung api yang muncul dari Laut Maluku.
Kedua pulau ini sangat bersejarah bagi Indonesia. Ternate-Tidore sudah terkenal sejak zaman penjajahan dahulu karena hasil rempah mereka, terutama cengkih dan pala yang membuat Tidore pernah jadi rebutan Bangsa Eropa.
Berikut 5 fakta keunikan Ternate dan Tidore seperti Dilasir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id:
1. Awalnya kedua pulau tersebut berbentuk kerajaan.
Kerajaan Ternate terdiri dari persekutuan lima daerah, yakni Ternate, Obi, Bacan, Seram, Ambon. Sedangkan, Tidore terdiri dari sembilan satuan negara yang disebut Uli Siwa, terdiri dari Makyan, Jailolo, dan daerah antara Halmahera hingga Papua.
Namun, sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Kesultanan bukan lagi sebagai pusat kendali politik atas wilayah-wilayah yang pernah dibawahinya. Sekarang, Istana Kesultanan berfungsi sebagai pusat pelestarian benda cagar budaya.
Senjata-senjata yang dipamerkan antara lain senapan, meriam kecil, peluru-peluru bulat, tombak, parang dan perisai. Tak hanya itu, Kesultanan juga dijadikan jujugan untuk acara atau kegiatan adat, keagamaan, hingga mendukung fungsi pemerintahan Maluku Utara.
2. Kota Seribu Benteng
Selain rempah-rempah, banyaknya jumlah benteng menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Benteng-benteng yang ada di Ternate dibangun untuk mengamankan aktivitas perdagangan rempah-rempah yang dilakukan Portugis, Belanda, dan Spanyol pada zaman dulu.
Salah satu yang populer adalah Benteng Kalamata, yang diambil darii nama Pangeran Kaicil Kalamata, kakak Sultan Ternate Madarsyah. Benteng yang dikenal pula dengan nama Benteng Kayu Merah itu berada di Kelurahan Kayu Merah, Ternate Selatan. Pada saat dibangun Portugis, benteng itu dinamai Santa Lucia. Benteng Kalamata berdiri menghadap ke selat yang menghubungkan Ternate dan Tidore.
Selanjutnya, Benteng Oranje yang dibangun pada 1607 oleh Cornelis Matclief de Jonge. Benteng itu berasal dari bekas benteng tua yang dibangun Portugis. Benteng Oranje sempat menjadi pusat pemerintahan tertinggi Hindia Belanda. Kemampuan benteng tersebut untuk mengusir lawan yang menyerang melalui laut maupun daratan bisa dilihat dari keberadaan sejumlah meriam yang masih tersisa di sana.
3. Festival tahunan di Ternate.
Ternate juga memiliki agenda tahunan pada 16 sampai 23 September yang bernama festival Pulau Hiri. Festival yang bertujuan menjadi momentum menghidupkan kembali barbagai kearifan lokal yang mulai ditinggalkan di daerah.
Di antaranya tradisi babari atau gotong royong, menangkap ikan dengan menggunakan layangan, dan bersih laut. Selain itu, ditampilkan pula berbagai kegiatan lainnya. Seperti penampilan tarian Soya-soya massal, parade perahu hias tradisional, serta berbagai lomba kebarihan, seperti lomba dayung perahu tradisional.
Kalau kamu belum melihat festival di Ternate dan Tidore di atas, ada baiknya menyiapkan tiket pada 9-10 Desember 2017. Ada festival Kora-kora yang menampilkan beraneka ragam kebudayaan Maluku Utara mulai dari kesenian hingga kuliner.
Festival tersebut akan menampilkan berbagai aktivitas bahari, seperti lomba perahu tradisional Kora-kora, lomba memancing, lomba foto bawah laut, hingga lomba pawai perahu hias.
4. Festival tahunan di Tidore
Festival Tidore di Kota Tidore Kepulauan ini sekaligus merayakan hari hari jadi Kota Tidore. Tahun ini serangkaian acara dalam festival tersebut berlangsung mulai 23 Maret-12 April 2018.
Festival ini sebagai upaya menggali, mengembangkan sekaligus melestarikan warisan sejarah budaya Kesultanan Tidore dan memperkenalkan serta mempromosikan Tidore dengan seni, alam dan budaya sebagai daya tarik wisatawan.
Festival ini memiliki tiga agenda utama, mulai Parade Juanga (keliling pulau dengan kapal formasi perang oleh sultan dan bala tentaranya), Perjalanan Paji (keliling pulau di darat dengan formasi perang menceritakan revolusi Sultan Nuku), dilanjut dengan Kirab Agung Kesultanan Tidore.
5. Kuliner Khas Tidore
Makanan khas kota Tidore yang tidak terdapat di daerah lain di Maluku Utara adalah lapis tidore, kue bilolo, kue kale-kale, kue abu, mam raha, tela gule, uge ake, dan popeda. Lalu, ada kumpulan makanan adat yang dinamakan Ngam Saro.
Selain itu, ada asidah yang juga cukup dikenal. Kue ini memiliki bentuk yang unik dan memiliki cita rasa yang mampu menarik orang yang mencicipinya. Kue ini merupakan jajanan paling populer di Kota Tidore. Kue asidah biasanya memiliki dua jenis, yang membedakannya adalah bahan baku yang digunakan.
Kue asidah biasanya dibuat dengan bahan baku utama Kurma, namun tidak jarang masyarakat membuat kue asidah dengan menggunakan bahan baku Gula Aren. Walaupun bahan baku yang berbeda, kue asidah tetap memberikan rasa yang enak dan keunikan tersendiri.
Sumber: Tempo.co
Tinggalkan Balasan