Geologi adalah ilmu yang mempelajari secara keseluruhan tentang bumi, baik mengenai asal muasal/ kejadian pembentukannya, kandungannya, bentuk fisik maupun sejarahnya termasuk segala proses alamiah yang mempengaruhi perkembangan bumi.
Geopark adalah sebuah konsep manajemen sumber daya keragaman bumi (geodiversity) yang mencakup geologi, biologi, sosio- kultural dan pariwisata. Geoarea adalah kawasan bumi yang merupakan kumpulan beberapa geosite (satu kawasan) sedang Geosite atau Situs Geologi adalah suatu wilayah permukaan bumi yang menunjukkan bukti fisik terjadinya peristiwa geologi yang sangat unit/ spesifik/ khas dan signifikan. Sementara Geospot merupakan titik lokasi di mana situs geologi tersebut berada.
UNESCO Global Geoparks (UGG) adalah area geografis terpadu dimana situs dan lanskap geologi dunia dikelola dengan konsep perlindungan holistik, edukatif, dan berkelanjutan melalui pendekatan bottom-up. Pada tahun 2004 terbentuk Global Geopark Network (GGN) yang menjadi suatu jaringan pertukaran dan kerjasama global terkait warisan geologi dunia (Geo-heritage).
Pada tanggal 17 November 2015, 195 negara anggota UNESCO meratifikasi UNESCO Global Geoparks pada Sidang Umum UNESCO ke-38 di mana momentum ini menjadi titik tolak pengakuan pemerintah akan pentingnya pengelolaan situs geologi dan lanskap secara holistik. Geopark resmi ditetapkan sebagai ikon baru program UNESCO untuk pemanfaatan Geoheritage berbasis pembangunan berkelanjutan dan pariwisata Indonesia.
Saat ini, terdapat 120 UNESCO Global Geoparks yang tersebar di 33 negara. Indonesia memiliki 19 wilayah Geopark Nasional, namun baru 4 (empat) Geopark yang diakui UNESCO, yaitu Gunung Batur di Bali, Ciletuh di Jawa Barat, Gunung Sewu di Jawa Timur, dan Rinjani di Lombok. Diharapkan tahun 2020, Indonesia bertambah satu kawasan lagi yaitu Geopark Kaldera Toba, sejalan dengan ditetapkannya Danau Toba menjadi salah satu daerah tujuan wisata super prioritas Indonesia.
Secara geografis lokasi Geopark Kaldera Toba (GKT) terletak di wilayah Provinsi Sumatera Utara, sekitar 176 km sebelah barat daya kota Medan sebagai ibu kota Provinsi dan memiliki perbatasan dengan koordinat 2 ° 52’22.8 “N 98 ° 35’21.4” E – 3 ° 00’22.8 “N 98 ° 35’21.4” E dan 2 ° 10’18.7 “N 98 ° 52’26.5 ”E – 2 ° 25’26.8” N 99 ° 23’04.0 ”E.
Gambar Sejarah letusan dan kebangkitan dan pengembangan ruang magma yang disimpulkan dari Kompleks Kaldera Toba. (diambil dari Aldiss & Ghazali, 1984).
Evolusi Pembentukan Kaldera Toba.
Batak Tumor.
Awal pembentukan Kompleks Kaldera Toba (Chesner & Rose, 1991) terjadi di wilayah yang sangat luas yang terangkat oleh tekanan magma yang berada sekitar 20 km di bawahnya, yang oleh seorang ahli bernama Van Bemmelen (1939) disebut sebagai Batak Tumor yang terbentuk pada masa Miocene (Clarke et al., 1982).
Pada masa 1.3 juta tahun yang lalu, terbentuklah sebuah gunung api stratovolcano (gunung api kerucut) di sisi utara kaldera yang ada saat ini (Gambar 2a). Pengambilan batuan apung andesit di bagian selatan kaldera menyimpulkan bahwa pada saat bersamaan terjadi juga aktivitas vulkanik yang terfokus di bagian selatan daerah Pardepur (Sibandang) antara Bakkara dan Muara. Kaldera Toba Raksasa, menurut penelitian terakhir, terbentuk dari 4 erupsi/ letusan yang terjadi susul menyusul selama 1.2 juta tahun terakhir:
-
Haranggaol Dacite Tuff (HDT).
Erupsi/ letusan piroklastik pertama yang diketahui di Toba menghasilkan 35 km3 Tufa. Dari penelitian, diketahui bahwa
Tufa tersebut berasal dari stratovolcano di sisi utara kaldera toba pada masa 1.2 juta tahun yang lalu (Gambar 2b) (Chesner & Rose, 1991). Tufa yang dihasilkan disepakati para ahli sebagai Haranggaol Dacite Tuff (HDT). Lokasi tersebut merupakan titik terdalam (505 m) dari Danau Toba sekarang.
-
Oldest Toba Tuff (OTT).
Kemudian, sekitar 840.000 tahun yang lalu setelah mengalami erupsi yang memuntahkan 500 km3 Tufa toba pertama (Gambar 2c) terbentuklah Kaldera Porsea yang terletak di setengah bagian tenggara dari Toba. Inilah yang disebut batuan tufa toba tertua atau Oldest Toba Tuff (OTT).
-
Middle Toba Tuff (MTT).
Aktivitas erupsi terjadi lagi di bagian utara Toba sekitar 500.000 tahun yang lalu yang memuntahkan 60 km3 tufa. Diduga erupsi tufa ini berasal dari kaldera yang sama yang menghasilkan HDT yang lebih tua (Gambar 2d). Para ahli sepakat untuk menamai tufa yang dihasilkan sebagai Middle Toba Tuff (MTT) yang berumur 500.000 tahun. Erupsi MTT dan OTT terjadi bergantian di bagian utara dan selatan. Peristiwa MTT dan OTT tidak sebesar peristiwa YTT 74.000 tahun yang lalu, tetapi masih merupakan letusan besar setidaknya mencapai VEI (Volcanic Explosivity Index) = 7.
-
Youngest Toba Tuff (YTT).
Erupsi ‘supervolcano’ terjadi 74.000 tahun yang lalu melalui proses peledakan vulkanik-tektonik, mengikuti pola fraktur cincin terus menerus. Letusan tersebut memuntahkan 2.800 km3 material vulkanik dan piroklastik ke atmosfer, menyelimuti bumi, memicu terjadinya musim dingin vulkanik yang berdampak pada kerusakan lingkungan yang sangat besar (flora dan fauna) dan mempengaruhi populasi dan pola migrasi manusia pada saat itu (Petraglia et al. 2007).
Letusan ‘supervolcano’ tersebut merupakan erupsi eksplosif dengan VEI (Volcanic Explosivity Index) = 8 (BBC, Science & Nature, 2000; de Silva, 2008; Chesner, 2012) yang memuntahkan tufa yang lebih muda, Youngest Toba Tuff (YTT) (Gambar
2g.). Peristiwa ini menyebabkan ruang magma menjadi kosong dani memicu keruntuhan struktur yang mengakibatkan amblasnya kubah di atas magma termasuk dua kubah raksasa, yakni blok Samosir dan blok Uluan. Runtuhan inilah yang menciptakan Kaldera Toba raksasa. Sehingga terbentuk kaldera yang terlihat saat ini (Gambar 2e). Air hujan kemudian mengisi dan memenuhi kaldera Toba. Namun, pada masa ini Pulau Samosir dan Blok Uluan (Parapat – Porsea) belumlah terbentuk karena belum terangkat kembali.
Kebangkitan (Resurgent).
Setelah erupsi raksasa, tekanan magma di bawah kaldera terus mengisi ruang-ruang magma yang kosong yang mengakibatkan terjadinya pengangkatan lapisan kubah yang runtuh. Akibat pengangkatan ini kandungan tufa yang lebih muda pada Pulau Samosir dan kandungan tufa yang lebih tua pada Blok Uluan (Gambar 2f) terangkat, dan menjadi terekspos. Selama proses pengangkatan tersebut, terjadi erupsi kubah riolit sepanjang patahan curam Samosir. Erupsi pada kubah terjadi juga di sepanjang cincin patahan pada dataran di antara tebing curam bagian barat daya yang berada di sekitar Pardepur (sekarang Sibandang) dan Gunung Pusuk Buhit. Bongkahan hasil pengangkatan inilah yang menghasilkan Pulau Samosir, Pulau Pardepur (Sibandang) dan Semenanjung Uluan yang ada hingga saat ini. (Craig A. Chesner, Petrogenesis of the Toba Tuffs)
Gambar Peta lokasi dan fitur utama Kaldera Toba, Sumatra diambil dari Chesner (2012). Inset menunjukkan lokasi Toba di Asia Tenggara. HDT, Harrangaol Dacite Tuff, meletus ~ 1,2 Ma; OTT, Toba Tuff Tertua, meletus ~ 0,84 Ma; MTT, Middle Toba Tuff, meletus ~ 0,5 Ma; YTT, Toba Toba Termuda, meletus ~ 74 ka (Chesner, 2012). Teras Danau Verstappen (1973) ditampilkan dalam warna magenta dan ungu (Shanaka L. de Silva, Adonara E. Mucek, Patricia M. Gregg, and Indyo Pratomo, Resurgent Toba Field)
Data terakhir mengungkapkan sejarah terakhir terangkatnya pulau samosir terjadi pada masa 33,7 ribu tahun yang lalu. Sejak itu, Samosir mengalami peningkatan ketinggian 700 m dengan kondisi balok miring ke barat. Peningkatan sedimen di sepanjang transek Samosir mengungkapkan bahwa laju peningkatan minimum ~ 4,9 cm / tahun dari ~ 33,7 ribu hingga 22,5 ribu tahun yang lalu, tetapi berkurang menjadi ~ 0,7 cm / tahun setelah itu. (Shanaka L. de Silva, Adonara E. Mucek, Patricia M. Gregg, and Indyo Pratomo, Resurgent Toba Field).
“Geopark adalah sebuah konsep pengelolaan sumber daya keragaman bumi (geodiversity) yang mencakup geologi, biologi, sosio-kultural dan pariwisata, serta memiliki fungsi Edukasi, Konservasi Geo-Ekologi, dan pengembangan Ekonomi masyarakat yang berkelanjutan.”
Manajemen Geopark Kaldera Toba.
Geopark adalah sebuah konsep pengelolaan sumber daya keragaman bumi (geodiversity) yang mencakup geologi, biologi, sosio- kultural dan pariwisata.
Tujuan pengembangan geopark adalah untuk mengeksplorasi, mengembangkan, memelihara dan melestarikan keterkaitan/ hubungan antara warisan geologi dengan semua aspek kehidupan manusia seperti warisan alam dan warisan budaya di sebuah kawasan. Dalam hal ini sangat penting dilakukan penataan kembali korelasi antara proses kehidupan masyarakat dengan sejarah geologi kawasan danau toba, dan memahami sejarah yang saling mempengaruhi di antara keduanya sehingga dapat berlangsung secara harmonis-sinergis dan berkelanjutan (sustain).
Aspek-aspek terkait dan fungsi-fungsi dalam manajemen geopark :
Aspek Edukasi (Pendidikan dan Penelitian).
Melalui kegiatan edukasi, masyarakat mengetahui dan memahami kondisi dan proses geologi terbentuknya bumi tempat tinggal serta lingkungan sekitarnya. Hal tersebut menjadi dasar kesadaran bagi masyarakat untuk melestarikan warisan alam yang tersedia dan dapat mengetahui serta menghindari akibat negatif dari bencana geologi yang mungkin/ dapat terjadi sewaktu-waktu.
Dengan bantuan ilmu dan teknologi dapat diketahui dan dipelajari bahwa banyak potensi benda-benda geologi yang ada, namun belum memberi manfaat, sehingga pada suatu saat akan dapat difungsi-gunakan bagi kehidupan masyarakat.
Aspek Geo-Ekologi (Konservasi).
Kegiatan untuk mempertahankan keberlanjutan sumber daya fisik bumi melalui tatanan budaya dan usaha pemahaman geologi dalam upaya mendukung pelestarian alam, lingkungan, meminimalisasi kerugian akibat bencana. dan konservasi/ perlindungan sumber daya alam.
Salah satu fungsi manajemen kawasan Danau Toba sebagai sebuah Taman Bumi (Geopark) adalah untuk menjaga, melindungi, melestarikan sumber daya agar tidak hilang dan dapat termanfaatkan dengan baik.
Aspek Ekonomi Masyarakat Lokal.
Harus dipahami bahwa keberlangsungan situs geologi (geosite) di Geopark Kaldera Toba berhubungan langsung dengan kegiatan ekonomi masyarakat yang ada disekitarnya. Untuk menjaga dan mempertahankan nilai penting yang terkandung di setiap geosite, maka masyarakat sekitar perlu diberdayakan, sehingga mampu menjadikan geosite yang ada menjadi objek wisata yang menarik untuk dikunjungi (Geotourism/ Geowisata). Diharapkan melalui geowisata ini akan terjadi perputaran ekonomi secara berkesinambungan antara masyarakat sekitar dengan masyarakat pengunjung/ pendatang.
Geopark Kaldera Toba (Taman Bumi) merupakan sebuah peluang-wahana-alat penggerak utama untuk meningkatkan dan mengembangkan ekonomi berbasis Geowisata di kawasan Danau Toba, konsep ini dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata sekaligus untuk pemberdayaan masyarakat, karena konsep ini adalah konsep berbasis ilmiah, yang memiliki fungsi edukasi, konservasi geo-ekologi, dan pengembangan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan.
Leave a Reply