Jurus Pengelola Museum Siwalima agar Masyarakat Datang

16 Nov 2020 1 min read No comments Culture

Pandemi Covid-19 mengakibatkan jumlah kunjungan ke museum anjlok. Kepala Museum Siwalima Provinsi Maluku, Jean Esther Saiya mengatakan museum itu sempat tutup selama tiga bulan sejak virus corona merebak pada Maret 2020.

Kemudian pada Juni 2020, Museum Siwalima kembali buka dengan menerapkan protokol kesehatan. “Jumlah pengunjung turun drastis, bahkan hampir tak ada yang datang,” kata Jean Esther saaat pembukaan Pameran Alat Musik Tradisional Nusantara, Selasa 3 November 2020.

Demi menggenjot jumlah kunjungan ke museum, pengelola Museum Siwalima menggelar pameran alat musik tradisional hingga 25 November 2020. Sebanyak 263 koleksi alat musik tradisional jenis petik, pukul, dan gesek dipamerkan di gedung pameran tetap satu Museum Siwalima Provinsi Maluku, Kota Ambon.

Jean Esther menjelaskan pameran bertajuk Simfoni Cinta Nusantara tersebut merupakan kegiatan bersama sejumlah museum di Indonesia. “Acara ini pertama kali berlangsung pada 2010 di Museum Nasional di Jakarta,” kata dia.

Ratusan alat musik tradisional tersebut merupakan koleksi dari 31 museum di Indonesia, di antaranya Museum Nasional, Museum MH Thamrin, Museum Sejarah Kota Jakarta, Museum Seribu Moko dan Museum Loka Budaya Universitas Cendrawasih.

Sejak 2010, pameran alat musik tradisional nusantara telah dibawa keliling sepuluh kota di Indonesia. Museum Siwalima di Kota Ambon menjadi tuan rumah ke-11, setelah sebelumnya dilaksanakan di Museum Mpu Tantular di Sidoarjo pada 14 Agustus – 14 September 2019.

Pembukaan pameran Simfoni Cinta Nusantara menampilkan orkes musik tradisi Molucca Bamboo Wind Orchestra atau MBWO. Mereka membawakan tembang-tembang tradisional nusantara secara medley dengan iringan tiupan suling bambu.

Pada kesempatan itu, sebanyak 12 jenis alat musik tradisional Maluku turut dipamerkan. Di antaranya, jukulele, rebana, tifa, rumba dari tempurung kelapa, suling melintang atau floit, suling paruh, tahuri (terompet dari kulit kerang), gong totobuang, gong sedang, hawaian, tiwal, dan prai.

Jean berharap pameran alat musik tradisional ini mampu meningkatkan antusiasme msyarakat untuk berkunjung ke museum. Tentu dengan tetap menerapkan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19.

Author: Bang Ferry

Share:

Tinggalkan Balasan