Kidu-Kidu

22 Oct 2025 2 min read No comments Kuliner
Featured image
Spread the love

Nama “Kidu-Kidu” dalam kuliner Suku Karo bisa merujuk pada dua hal. Awalnya, Kidu-Kidu adalah hidangan langka yang terbuat dari ulat pohon enau (atau ulat sagu) dan dulu merupakan makanan favorit para raja Karo. Namun, saat ini nama Kidu-Kidu lebih umum digunakan untuk menyebut sosis babi tradisional. Kali ini akan fokus membahas Kidu-Kidu sebagai sosis babi.   

 

Bahan Utama Sosis Khas Karo

Kidu-Kidu adalah sosis yang dibuat dengan cermat, di mana setiap bagian memiliki peran penting dalam menciptakan rasa yang unik.

  • Pembungkus: Kidu-Kidu menggunakan usus halus babi sebagai pembungkus alami. Uniknya, lapisan lemak di luar usus sengaja dibiarkan. Lemak ini akan meleleh saat sosis dipanggang, membuat bagian luarnya sangat renyah sementara isinya tetap lembut.   
  • Isian: Isiannya terbuat dari daging babi giling dan lemak. Terkadang, ditambahkan juga hati babi dan daun singkong rebus yang dicincang untuk memperkaya rasa dan tekstur.   
  • Bumbu Khas: Rasa khas Kidu-Kidu berasal dari bumbu halusnya, yang terdiri dari bawang, jahe, kunyit, dan rempah lainnya. Dua bumbu kunci yang membuatnya istimewa adalah andaliman dan bunga kecombrang (kincong). Andaliman memberikan sensasi pedas yang unik dengan rasa sedikit kebas di lidah, yang menjadi ciri khas masakan Batak.   

 

Proses Memasak Dua Tahap

Pembuatan Kidu-Kidu dilakukan melalui dua tahap utama:

  1. Perebusan: Setelah adonan daging dimasukkan ke dalam usus, sosis ditusuk-tusuk dengan jarum untuk mengeluarkan udara agar tidak pecah. Kemudian, sosis direbus perlahan hingga matang sempurna.   
  2. Pemanggangan: Setelah direbus, sosis dipanggang di atas bara arang. Proses ini membuat kulitnya menjadi renyah dan memberikan aroma asap (smokey) yang khas.   

 

Pasangan Sempurna: Saus Gota

Kidu-Kidu hampir selalu disajikan dengan saus pendamping yang disebut Gota atau Getah. Saus ini terbuat dari darah babi yang dimasak dengan bumbu pedas, terutama andaliman. Rasa saus yang tajam, asam, dan pedas berfungsi untuk menyeimbangkan rasa sosis yang kaya dan berlemak, menciptakan perpaduan rasa yang harmonis.   

Makna Budaya Kidu-Kidu

Kidu-Kidu bukan sekadar makanan biasa, melainkan hidangan istimewa yang memiliki makna budaya yang dalam bagi masyarakat Karo.

  • Hidangan Pesta: Kidu-Kidu biasanya disajikan pada acara-acara khusus seperti upacara adat, pernikahan, atau pesta syukuran.   
  • Simbol Kebersamaan: Dalam budaya Batak, menyantap hidangan babi bersama-sama adalah simbol persatuan dan kebersamaan dalam sebuah perayaan.   
  • Identitas Khas Karo: Meskipun banyak suku Batak mengonsumsi babi, Kidu-Kidu sebagai sosis adalah ciri khas kuliner Suku Karo yang membedakannya dari sub-etnis Batak lainnya.   

Kidu-Kidu di Kancah Kuliner Nusantara

Di Indonesia, ada beberapa jenis sosis tradisional selain Kidu-Kidu. Salah satu yang paling mirip adalah Urutan dari Bali. Keduanya sama-sama sosis babi yang menggunakan usus sebagai pembungkus.   

Perbedaan utamanya terletak pada bumbu. Kidu-Kidu menggunakan andaliman untuk rasa pedas yang kebas, sementara Urutan menggunakan base genep (bumbu lengkap khas Bali) yang memberikan rasa aromatik dan kaya rempah. Selain itu, Kidu-Kidu disajikan dengan saus darah (Gota), sedangkan Urutan biasanya dinikmati dengan sambal matah.   

Kidu-Kidu di Era Modern

Saat ini, Kidu-Kidu tidak hanya ditemukan di acara adat di kampung halaman. Hidangan ini juga telah menyebar ke kota-kota besar seperti Jakarta dan Bekasi, di mana ia disajikan di rumah makan khas Batak Karo (lapo).   

Bagi masyarakat Karo yang merantau, menyantap Kidu-Kidu di lapo menjadi cara untuk terhubung kembali dengan budaya dan kampung halaman mereka. Ini menunjukkan bagaimana sebuah hidangan tradisional dapat terus hidup dan beradaptasi, menjadi simbol identitas yang kuat bagi komunitasnya di mana pun mereka berada.

Author: Gracia Adelia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *