Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan mengembangkan konsep wisata berbasis komunitas dan wisata tematik berbasis budaya Indonesia.
Hal itu disampaikan Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf Rizki Handayani dalam konferensi pers virtual bertemakan “Virtual Heritage” yang diselenggarakan Traval.co, Jumat (9/10/2020).
Konsep itu rencananya akan dilangsungkan secara offline tahun depan ketika pandemi sudah berakhir.
Namun selama masih pandemi, konsep wisata tematik budaya dan berbasis komunitas ini baru dapat digelar secara virtual.
Lalu seperti apa konsep berwisatanya?
Baca juga:
- Gaya Umi Pipik Naik Jetski di Danau Toba Berbusana Syar’i-Pakai Cadar
- Mampu Pangkas Perjalanan Jadi 1,5 Jam, dari Medan ke Danau Toba Lewat Jalan Tol Baru Ini, Miliki Panjang 143,25 Km
- 5 Kali Isi Danau Toba Lenyap, Ilmuwan Teriak Tanda Kiamat
- Bali Disebut Tak Layak Dikunjungi Turis, Anggota DPR: Jadi Bahan Evaluasi
- Soroti Keindahan Alam Danau Toba di Aquabike Jetski World Championship 2024
Rizki menerangkan, rencananya konsep ini akan digelar tahun depan secara offline dengan model famtrip bersama komunitas pencinta tema-tema wisata tertentu.
“Misalnya komunitas batik, budaya, komunitas kain, komunitas segala macam, heritage juga. Akan kita fasilitasi untuk melakukan perjalanan dan benar-benar menikmati experience di tempat wisata tersebut,” kata dia.
Rizki melanjutkan, konsep wisata seperti itu digagas karena tren pariwisata ke depan tidak hanya melakukan perjalanan, tetapi juga merupakan satu bagian pengalaman.
Tujuannya, adalah agar wisatawan tidak hanya sekadar melakukan perjalanan, tetapi juga mendapatkan pengalaman, bahkan pengetahuan dari ragam komunitas yang didatangi.
Acara virtual tour heritage
Sementara ini, konsep berwisata tersebut baru bisa dilakukan di Bali. Namun sebaliknya, jika dilakukan secara virtual, dapat mengakomodasi seluruh daerah.
Wisata virtual memang menjadi harapan satu-satunya untuk tetap dapat menggerakan sektor pariwisata di tengah pandemi.© Disediakan oleh Kompas.com Ilustrasi batik – Batik Lasem.
“Jadi seperti kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Saat ini, digital itu menjadi satu niscaya yang harus dilakukan di masa depan. Kami dari Kemenparekraf akan terus mendukung kegiatan virtual,” ujar Rizki.
Saat ini untuk konsep wisata berbasis komunitas dan wisata tematik budaya, Kemenparekraf bekerja sama dengan Traval.co mengadakan wisata virtual bertajuk “Virtual Heritage”.
Program tersebut mengangkat wisata tematik berbasis budaya dan wisata berbasis komunitas di delapan titik, mulai dari wilayah barat hingga timur.
Selain itu, program Virtual Heritage akan mengangkat para komunitas tersebut sebagai local heroes dalam pelestarian dan pengembangan budaya di daerahnya masing-masing.
Adapun, beberapa komunitas yang terlibat dalam Virtual Heritage di antaranya Lakoat Kujawas di Timor Tengah Selatan, Kayaka Humba di Sumba Timur, dan Hetika di Bangka Barat.
Ada pula Jabu Sihol di Pematang Siantar, Rumah Cinta Wayang di Depok, Kesengsem Lasem di Rembang, Lepo Lorun di Maumere, dan Pulau Penyengat Kite di Tanjung Pinang.
Virtual Heritage ini terlaksana mulai 26 September-25 Oktober 2020 secara online setiap pukul 10.00. Masyarakat atau wisatawan dapat mendaftar secara gratis di link bit.ly/VirtualHeritage.
sumber: kompas.com
Tinggalkan Balasan