Danau Toba dikenal sebagai danau tektovulkanik terbesar di dunia. Berada memanjang dari timur laut ke barat daya di wilayah Bukit Barisan dan Patahan Sumatera, Toba menjadi laboratorium alam yang menarik.
Proses pembentukannya yang unik telah mendorong ahli geologi untuk menelitinya.
Dengan pesona geologi yang bikin penasaran, tahun 2018 lalu, ada 30 orang ahli geologi yang tergabung dalam Exploration Academy – Pertamina Hulu Energi yang menjelajahi kawasan kawasan Danau Toba, Sumatra Utara.
Mereka sengaja memilih Parapat, Kabupaten Simalungun dan Pulau Samosir untuk menelisik rahasia batuan sedimen di lingkungan danau.
Parapat merupakan salah satu lokasi terbaik untuk mempelajari sedimentologi dari endapan danau dangkal dan endapan delta. Di sini, terdapat singkapan dari endapan Danau Toba Purba, terutama di sekitar Sungai Naborsahor.
Sementara itu, Samosir adalah kombinasi yang tepat untuk mengamati singkapan dari endapan danau dangkal dan endapan delta fan, yang terangkat di sepanjang pantai pulau samosir akibat adanya aktivitas sesar Sumatra.
Kami menuju lokasi pertama, Sungai Naborsahor. Tempat ini menjadi salah satu dari 200-an anak sungai yang bermuara ke Danau Toba. Berjalan kurang lebih 100 meter menyusuri sungai, kami tiba di titik pertama. Sebuah singkapan berupa tebing dengan ketinggian kurang lebih 10 meter dengan lapisan yang bervariasi antara lanau, pasir, tufa, dan material karbon.
Menurut Purnama Ary Suandhi, ahli geologi dari GDA Consulting, yang bertugas sebagaifield trip team leader, lapisan pada tebing tersebut terbentuk akibat proses sedimentasi batuan batuan vulkanik dari letusan maha dahsyat Gunung Toba yang terjadi sekitar 74 ribu tahun yang lalu. Usia endapan ini masih terbilang “muda”. Berusia sekitar 10-11 ribu tahun pada lapisan atas, dan pada lapisan bawah berusia 74 ribu tahun.
Sembari berkumpul, kami mendengarkan penjelasan Purnama. Langit mulai menggelap.
Proses perlapisan terorientasi secara inter bedding, yaitu lapisan yang saling silang satu sama lain. Endapan pada singkapan ini juga ditemukan struktur ripple mark pada lapisan batu pasir.
Selanjutnya semakin ke atas singkapan, batu pasir yang ditemukan berukuran semakin besar dan juga dapat ditemukan endapan tufa. Umumnya struktur yang terlihat pada singkapan ini adalah perlapisan paralel sampai sub-paralel.
Saat sedang asyik berdiskusi, hujan turun. Kami segera mengenakan jas hujan dan sedikit bergeser ke pelataran rumah warga untuk berteduh. Diskusi berlanjut. Ternyata hujan deras sekalipun tak mampu menyurutkan semangat para ahligeologi yang selalu haus akan hal baru.
Hujan sedikit mereda dan kami melanjutkan pengamatan singkapan. Purnama, kerap dipanggil Mas Pur, mengingatkan untuk berhati-hati mengingat usia sedimen yang masih muda sehingga masih bersifat loose dan mudah longsor.
Sebetulnya masih terdapat singkapan lain yang akan kami amati di kawasan sungai Naborsahor. Namun, karena muka air sungai yang naik akibat hujan tadi dan juga hari yang mulai gelap, kami putuskan untuk menyudahi penjelajahan.
Hari berikutnya, kami menuju Pulau Samosir. Selepas sarapan, briefing singkat diberikan terkait keamanan selama perjalanan. Penyeberangan menuju pulau Samosir memakan waktu sekitar 30 menit. Cuaca cukup cerah. Permukaan air Danau Toba juga tenang sehingga kami bisa menikmati keindahannya.
Setiba di Pelabuhan Sumber Sari, Pulau Samosir, perjalanan dilanjutkan menuju lokasi pertama, yaitu Pangururan. Selama dua jam perjalanan, kami memandangi bentang alam Samosir yang sangat indah dan unik. Singkapan-singkapan struktur geologi dan stratigrafi dapat teramati denganbaik dan jelas.
Di Pangururan, ditemukan sebuah singkapan yang diinterpretasikan sebagai hasil endapan aluvial fan akibat adanya proses sesar normal. Pada alluvial fan yang terbentuk oleh sesar ini, material yang akan diendapkan dapat berukuran apa saja, mulai dari lempung hingga bongkah.
Umumnya jenis arus yang bekerja digolongkan dalam arus turbidit, karena akan membawa seluruh material sedimen yang ada pada suatu bidang tersebut.
Hal ini terlihat dari endapan yang didominasi oleh batuan sedimen berukuran gravel, yaitu breksi dan konglomerat, yang juga mengandung batu pasir yang hadir sebagai pengisi di antara material gravel-nya. Sama seperti singkapan di sisi Sungai Naborsahor, singkapan ini juga masih berusia muda.
Kami juga menjelajahi Danau Sidihoni. Adanya pergerakan geodinamika dari sesar Sumatra yang bersinggungan dengan pulau samosir menyebabkan terbentuknya beberapa danau di Samosir. Danau Sidihoni, salah satunya. Nah, menarik kan, ada danau di atas danau.
Daya tarik Danau Sidihoni adalah suasana sekitarnya yang sejuk dan nyaman. Pemandangan di sekitar danau terasa eksotis, karena dikelilingi oleh bukit landai, padang sabana kehijauan dan deretan pohon pinus. Sambil menikmati indahnya panorama Danau Sidihoni, kami beristirahat makan siang.
Sebelum mengakhiri perjalanan, kami menyinggahi Pantai Cinta Damai di daerah Simarmata. Di lokasi ini kami mengobservasi lakustrin dangkal dan delta lakustrin modern. Diinterpretasikan sebagai endapan lakustrin dangkal karena penyusunnya merupakan variasi antara batu lempung, batu pasir dan material karbon.
Batu lempung yang dominan hadir adalah sedimen yang paling banyak diendapkan pada lingkungan danau. Batu pasir adalah batuan sedimen yang hadir dari suplai pasir yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke Danau Toba.
Material pasir ini tidak akan mengendap terlalu jauh kedalam danau karena pengaruh arus yang lemah pada lingkungan danau. Dan material organik yang merupakan material dari tumbuhan yang hidup di sekitar danau atau terbawa oleh aliran sungai yang masuk ke dalam danau.
Pada sedimen yang terendap di lingkungan danau, akan ditemui penanda khusus yang hanya dapat dijumpai pada endapan sedimen danau itu sendiri.
Di danau Toba, yang menjadi penanda atau penciri dari sedimen endapan danau ini adalah Diatomea yang berasal dari cangkang Algae yang komposisinya silika. Algae ini hidup didalam danau dan cangkangnya menyerap silika yang banyak terdapat di Danau Toba. Pasalnya, Toba adalah danau vulkanik yang tentunya akan menghasilkan atau mengeluarkan material silika dengan jumlah yang sangat melimpah.
Dari beberapa lokasi yang dikunjungi, kita dapat melihat bahwa terdapat beberapa jenis sedimen danau di Pulau Samosir. Dan ini dapat ditemui di hampir dua pertiga permukaan Pulau Samosir dengan ketebalan hingga puluhan meter.
Hal ini mengindikasikan, Pulau Samosir sebelumnya merupakan dasar danau yang kemudian terangkat ke permukaan akibat adanya aktivitas geo-volkanologi “resurgent doming”, yaitu suatu pengangkatan dasar kawah atau kaldera sebagai akibat dari desakan magma dalam proses pencapaian kesetimbangan baru pasca erupsi.
Mengutip Charles Lyell, ahli geologi asalSkotlandia, The present is the key to the past” bahwa apa yang kita amati dan pelajari saat ini dapat membawa kita pada suatu hipotesa dalam menerjemahkan proses geologi yang terjadi di masa lampau. Seluruh proses yang terjadi di alam berjalan dalam ruang dan waktu. Tentunya, penjelajahan ahli geosains ini dapat menyingkap teka-teki proses pembentukan danau tersembunyi di lingkungan Danau Toba.
sumber: https://intisari.grid.id/
Tinggalkan Balasan