Penemuan situs yang menyerupai bentuk piramida di Danau Toba, Sumatera Utara, kini menjadi perbincangan.
Meskipun begitu, sampai saat ini pemerintah belum meneliti tentang struktur batuan di sana.
Kemunculan piramida ini tidak terlepas dari peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Danny Hilman Natawijaya.
Mulanya, setahun lalu dia mendapat informasi dari temannya tentang adanya situs mirip piramida di Kecamatan Bakti Raja (Bakara), Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.
Karena kebetulan sedang meneliti gempa di Sumatera, Danny dan timnya menyempatkan diri untuk mengunjungi lokasi tersebut.
“Jadi kita manfaatkan ada beberapa waktu luang kami pakai mengecek ke lokasi ceritanya,” ujar Danny saat dihubungi Kompas.com, Selasa (3/10/2023).
Waktu melihat tempat tersebut, Danny merasa takjub, situs penemuan persis menyerupai piramida.
“Dari pengamatan awal itu itu kelihatannya memang luar biasa, teras-teras batu kalau dilihat dari depan, dari Bakkara, seperti piramida yang menyembul di dinding lapisan Toba Tuff hasil letusan Gunung Toba 74.000 tahun lalu,” ujarnya.
Saat diukur, landasan batu hingga puncak piramida mencapai 120 meter.
“Kita belum teliti ke pinggir-pinggirnya, kemungkinan masih banyak struktur dan batuannya ini tersusun rapi, sampai ke atas ada yang besar-besar, seperti kerbau besar struktur batu itu,” katanya.
Masyarakat di sana juga tidak menyadari keunikan bentuk piramida di Toba ini.
Mereka hanya tahu tempat itu merupakan dusun tua yang terasnya dijadikan pemakaman. Menurut mereka, asal-usul tempat itu diciptakan nenek moyangnya.
“Jadi kalau orang tanya itu struktur batu apa? Mereka spontan jawab itu pemakaman Pak? Jadi kan enggak ada yang curiga. Jadi memang kalau kita ada di Piramida itu memang enggak kelihatan apa-apa karena pohonnya tinggi tinggi besar. Kita bisa melihat (kemarin), karena bawa drone,” ujar Danny.
Tak ada biaya penelitian
Meskipun telah menemukannya setahun lalu, saat itu Danny merahasiakan temuan ini hingga setahun, dia takut menimbulkan kegaduhan
“Saya sibuk juga sebagai peneliti gempa ini, sempat (juga) tertunda ya sudah saya rahasiakan saya enggak mau sudah viral ribut,” ujarnya
Namun pada awal 2023, temannya yang bekerja di Kementerian Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) memberi tahu penemuan ini ke Luhut Binsar Panjaitan.
Danny lalu diminta untuk mempresentasikan penemuan Piramida tersebut di hadapan Luhut, pada 6 Mei 2023.
“Pak Luhut sangat antusias saat itu, karena letaknya tidak jauh dari kampung beliau di Balige, Sudah, kata Pak Luhut ini harus diteruskan harus diteliti, diteruskan (usulan ini) ke deputinya,” ujarnya.
Sejak pertemuan itu, kemudian Piramida di Danau Toba semakin populer.
Namun hingga sekarang dana penelitian piramida terkendala. Pasalnya, bukan tupoksi Kemenkomarves mendanai penelitian.
Alhasil sampai saat ini, timnya sama sekali belum ada dilakukan penelitian di sana.
Menurut Danny, secara geologi penelitian ini unik, mengingat posisi piramida itu menempel di dinding lapisan Toba.
Kata dia, harus ada kajian untuk mengetahui, apakah struktur piramida hanya satu lapisan atau di dalamnya ada struktur batuan yang lebih tua.
“Karena hal itu sering terjadi di Gunung Padang juga ada beberapa lapis, terus kita juga tidak tahu, apakah di struktur itu ada yang tertimbun, karena kalau ada yang tertimbun itu bisa tua banget. Apakah lebih dari 74.000 tahun (letusan Gunung Toba)? Kalau hanya menempel biasanya lebih muda dari letusan Gunung Toba 74.000 tahun lalu,” katanya.
Sampai saat ini karena belum mengkaji, pihaknya sama sekali tidak mengetahui usia piramida tersebut.
Pihaknya masih sebatas melakukan studi pendahuluan, belum ada penelitian lengkapnya.
“Sekarang ini kita belum tahu berapa umurnya apakah 1000 tahun atau sebagainya. Sampai sekarang ini belum ada biaya (meneliti), masa saya harus mengeluarkan, pergi ke sana. Saya bukan orang kaya,” katanya.
Terkait viralnya penemuan piramida ini, Danny berpesan ke masyarakat agar turut menjaga situs tersebut.
Dia takut adanya ulah usil orang yang tidak bertanggung jawab merusak struktur batuan di sana.
“Kan ada banyak struktur batu di sana, harus dijaga jangan sampai ada masyarakat yang memindahkan batunya, bahkan mengambilnya. Kalau membersihkannya itu-itu bagus aja,” tutupnya.
sumber: kompas.com
Tinggalkan Balasan