Kawasan Geopark Kaldera Toba

16 May 2025 6 min read No comments Geologi
Spread the love

Geopark Kaldera Toba merupakan “Museum Hidup” yang memiliki 59 Geospot dengan kekayaan keragaman Geologi, Biologi, dan Archeo-Antropologi (Geo-Bio-Archeo-Anthro Diversity) yang tersebar di 20 Kecamatan dalam 7 Kabupaten dengan Luas wilayah 2.396,21 km, yakni Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Dairi dan Kabupaten Karo.

Populasi penduduk di Kawasan Geopark Kaldera Toba ini berjumlah 273.643 jiwa dengan kepadatan penduduk 114,20 jiwa/km2. (BPS Sumatera Utara 2016). Di mana organisasi pengelolaannya dikelompokkan menjadi 4 (empat) Geoarea dan 16 Geosite, penentuan geoarea ini didasarkan pada urutan waktu kejadian dan proses evolusi geologinya.

  1. Geoarea Haranggaol.

    Bagian jejak dari pembentukan kaldera generasi pertama Kaldera Haranggaol.

    1. Geosite – Sipiso Piso-Tongging (SPO).

      Air terjun Sipiso Piso (120 m) adalah bagian dari dinding kaldera, dengan jejak-jejak bebatuan yang runtuh akibat pembentukan kaldera. Dinding kaldera terdiri dari Haranggaol Dacitic Tuff (HDT), Middle Toba Tuff (MMT) dan endapan Tufa Toba Termuda (YTT) yang umumnya menutupi permukaan dataran tinggi di wilayah tersebut.

      Lokasi – Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.

    2. Geosite – Silahi Sabungan (SIL).

      Daerah ini menempati sisi barat laut Kaldera Toba, di sepanjang jalan yang menghubungkan Tongging ke Sumbul dan Sidikalang (ibukota Kabupaten Dairi). Terdapat singkapan dari urutan dinding Kaldera Toba, dimulai dengan batuan dasar Paleozoikum yang merupakan puing-puing dinding kaldera dan dinding kaldera yang terdiri dari fragmen Tufa Toba Menengah (MTT).

      Lokasi – Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi.

    3. Geosite – Haranggaol Caldera Wall Sequences (HAR).

      Dinding Kaldera Haranggaol terletak di dalam teluk kecil di sektor utara Kaldera Toba. Di wilayah ini terdapat singkapan batuan yang berasal dari beberapa periode pembentukan kaldera, Lava Andesit Haranggaol (1,3 Ma), dilapisi oleh Tufa

       

      Dacitic Haranggaol (HDT; 1,2 Ma), Tufa Toba Tengah (MTT; 0,5 Ma ) dan Tufa Toba Termuda (YTT; 0,074 Ma).

      Lokasi – Kecamatan Haranggaol Horison, dan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun.

    4. Geosite – Sibaganding Caldera Wall (SIB).

      Batu kapur Sibaganding adalah bagian dari satuan batuan Formasi Sibaganding yang memiliki rentang usia dari Cretaceous (Mesozoikum) hingga Eosen (Kenozoikum, Tersier), tersusun oleh batu kapur – packstone, batu-gamping glauconitic, penggumpalan batu Lanau-Batu Pasir (silt-sandstone), dan konglomerat.

      Aspek karstifikasi batu kapur yang dapat diamati dari arah danau Toba merupakan fosil karst, yang dikenal sebagai “Batu Gantung”. Singkapan batuan Parapat Awal – Miosen Tengah, memiliki ciri batuan klastik yang terdiri dari batupasir kuarsa, konglomerat, dan batupasir glauconitic. Unit batuan ini mencakup batu kapur dari Formasi Sibaganding.

      Lokasi – Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun.

       

  2. Geoarea Porsea.

    Bagian jejak dari pembentukan kaldera toba generasi kedua, Kaldera Porsea.

    1. Geosite – Taman Eden, Caldera Wall and Botanical Garden (TED).

      Daerah ini merupakan bagian dari dinding Kaldera Porsea, yang umumnya terdiri dari batuan dasar yang terdiri dari batu sabak (slate) Paleozoikum dan meta-mudstone, yang menempati dinding terjal di dalam lingkungan Hutan Lindung di wilayah ini.

      Lokasi – Kecamatan Sigumpar, Kabupaten Toba Samosir.

    2. Geosite – Uluan Block and Situmurun Waterfall (SIT).

      Blok Uluan adalah bagian dari pangkal Kaldera Tilt-blok dan miring ke arah Timur, yang menunjukan dinamika kebangkitan pulau-pulau (resurgence) setelah letusan Kaldera Sibandang lebih dari 74.000 tahun yang lalu.

      Lokasi – Kecamatan Uluan dan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir.

    3. Geosite – Balige-Liang Sipege- Meat (BAS).

      Wilayah ‘Balige – Liang Sipege – Meat’ terukir dari lanskap Kaldera Porsea, yang dapat diidentifikasi melalui dinding kaldera yang terdiri dari batuan dasar, lantai dasar kaldera, dan gejala karstifikasi yang ditemukan di Liang Sipege. Juga jejak runtuhnya kaldera ‘Supervolcano’ Toba, lokasi di mana Kaldera Sibandang memotong tepi Kaldera Porsea.

      Lokasi – Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir.

  3. Geoarea Samosir.

    Bagian jejak dari generasi ketiga pembentukan kaldera toba raksasa yang memperlihatkan fenomena erupsi supervolcano.

    1. Geosite – Tele-Pangururan Caldera Sequence (TEL).

      Geoarea Samosir mencakup semua wilayah administrasi Kabupaten Samosir, yaitu seluruh pulau Samosir dan bagian barat Kaldera Toba. Berdasarkan master plan Geopark Kaldera Toba yang telah disusun, Pusat Informasi/ etalase Geopark Kaldera Toba ditetapkan di Sigulatti (kaki pusuk Buhit sebelah barat) di Kecamatan Sianjur Mula-mula. Etalase/ Pusat Informasi Geopark Kaldera Toba ini berada di atas areal seluas 22 Ha milik Pemkab Samosir yang dibangun sebagai tempat untuk

      memelihara, menyimpan, serta memajang contoh-contoh batuan dari semua situs geologi yang ada di Geopark Kaldera Toba, disertai dengan data teknis ilmiah disamping informasi tentang letak geografis, jarak dan peta geosite yang sudah diteliti. Pusat Informasi ini akan berfungsi sebagai gerbang awal informasi bagi masyarakat/ pengunjung tentang Geopark Kaldera Toba secara komprehensif, sebelum mengunjungi langsung geosite yang ada.

      Lokasi – Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir

    2. Geosite – Pusuk Buhit, Volcanic Cone (PUS).

      Gunung berapi Pusuk Buhit (+ 1972 m) terangkat lebih dari 1000 m di atas danau, hampir 200 m di atas dinding sis kaldera barat. Berdasarkan ekspresi geomorfologis, dacitic lava yang ada adalah yang termuda. Sepanjang sejarah tidak ada letusan yang tercatat di G. Pusuk Buhit, tetapi terdapat aktivitas Geothermal berupa solfatara aktif di sisi timur lautnya. Solfatara adalah fumarol yang mengeluarkan gas-gas oksida belerang, selain karbon dioksida dan uap air.

      Lokasi – Kecamatan Sianjur Mula-mula. Onan-Runggu, Nainggolan, dan Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir.

    3. Geosite – Pangururan-Hutatinggi–Sidihoni, Lacustrine Deposit Sequence (SID).

      Formasi Samosir terdiri dari hingga 100 m sedimen yang meliputi Pulau Samosir, umumnya naik ke atas dari breksi kasar yang mengandung klaster ignimbrite yang menyatu menjadi konglomerat dan aliran puing, hingga sekitar 30 m dari lapisan danau berlaminasi batu pasir, tanah liat, diatomit, dan gunung berapi Abu

      Lokasi – Kecamatan Pangururan, dan Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir.

    4. Geosite – Simanindo–Batu Hoda–Museum Batak (SIM).

      Batu Hoda – Simanindo terletak di ujung utara pulau Samosir. Daerah ini adalah zona miring yang terangkat pada saat kebangkitan Samosir (resurgent), ditandai dengan pemaparan beberapa ‘pulau’ kecil di sekitar Batu Hoda – lepas pantai Simanindo. Daerah Batu Hoda – Simanindo terbentuk oleh sedimen danau YTT yang telah berubah, ditemukan di sekitar pantai hingga lepas pantai pulau Samosir bagian utara. Bahan vulkanik ini digunakan sebagai dinding Museum Batak Simanindo.

      Lokasi – Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

    5. Geosite – Ambarita-Tuktuk-Tomok Geo-Archeo- Anthropological Sites (AMB).

      Ambarita – Tuktuk – Tomok terletak di semenanjung kecil yang dibentuk oleh pembentukan kubah lava Tuktuk Dacitic.

      Semenanjung ini adalah bagian terakhir dari pulau Samosir yang keluar dari danau Toba, setidaknya sejak 12.000 tahun yang lalu. Lava dasit Tuktuk digunakan untuk bahan-bahan kuburan patung situs Arkeologi Sipalaka Siallagan dan juga konstruksi dinding Huta Siallagan di Ambarita.

      Lokasi – Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

  4. Geoarea Sibandang.

    Bagian jejak dari pembentukan pulau samosir dan pulau sibandang yang terangkat setelah erupsi supervolcano diiringi oleh erupsi Riolitik Pardepur (Sibandang).

    1. Geosite – Huta Ginjang-Muara, Caldera Wall Sequence (HUT).

      Aspek geologis fenomenal dari wilayah ini meliputi bentang alam yang dicirikan oleh struktur geologis atau vulkanik, batuan dasar, batuan vulkanik dari produk vulkanik Toba. Di segmen ini, ada urutan sedimen Tufa Toba termuda (YTT) mulai dari endapan abu akhir yang meliputi dataran tinggi yang mengalami perubahan hidrotermal.

       

      Panorama lanskap yang dapat dilihat dari beberapa tempat di wilayah ini adalah sudut pandang untuk dapat melihat hubungan unsur-unsur geologis di daerah ini, seperti dataran sedimen YTT, tembok Kaldera Toba, Pulau Samosir, Blok Uluan miring ke Timur dan lain-lain.

      Lokasi – Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara.

    2. Geosite – Muara Sibandang, Post-Calderic Volcanism (MUS).

      Kaldera Toba ‘supervolcano’ juga dikenal sebagai kaldera Sibandang yang menghasilkan Tuff Toba termuda (YTT, 0,074 Ma). Kata Sibandang digunakan untuk memperkenalkan lokasi geografis, dengan menggunakan Pulau Sibandang sebagai jenis lokalitas (patokan). Sibandang adalah sebuah pulau yang terletak di bagian selatan Danau Toba, adalah kerucut dari kegiatan pasca-kaldera, yang disusun oleh aliran lava dasit.

      Beberapa kubah dasit muncul di bagian barat daya Danau Toba di sepanjang beberapa sesar. Kubah-kubah tersebut termasuk kompleks kubah eksogen yang terdiri dari Kepulauan Sibandang, dan dua kubah lagi di daratan yang berbatasan. langsung dengan Pardepur.

      Lokasi – Kecamatan Muara, Kabupaten Humbang Hasundutan)

    3. Geosite – Sipinsur – Baktiraja, Caldera Sequence (SIP).

      Daerah Sipinsur terletak di dataran tinggi YTT (non-welded), bagian dari tepi kaldera Sibandang. Lokasi ini merupakan tempat yang strategis untuk pengamatan panorama Geomorfologi, di mana luas pandangannya relatif tinggi untuk menjadi tempat terbaik untuk itu. Beberapa singkapan dari dinding kaldera membentang di jalan setapak ke desa Bakti Raja.

      Lokasi – Kecamatan Peranginan, Kabupaten Humbang Hasundutan.

    4. Geosite – Bakara – Tipang, Welded OTT (BAK).

 

Urutan kaldera Toba bagian selatan terekspos dengan baik di sepanjang sisi jalan Dolok Sanggul turun ke Bakara, di mana YTT (Non-welded) terhampar di dataran tinggi dan berturut-turut diikuti oleh Welded-YTT dan kemudian Welded-OTT. Dataran Bakara terbentuk oleh puing-puing dinding kaldera, terdiri dari fragmen ruang bawah tanah dari meta-limestone, meta- sandstone, dan juga blok Tufa Toba Tertua (OTT). Dinding sisi jalan Bakara ke Tipang terbentuk oleh Welded-OTT, hal yang serupa juga ditemukan di air terjun Janji. Pulau-pulau kecil Simamora terbentuk oleh puing-puing blok OTT.

Lokasi – Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan.

Sumber: UNESCO Toba_Caldera-INDONESIA-Application_Dossier

Nusavarta
Author: Nusavarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *