Arkeolog Temukan Bukti Manusia Purba Migrasi Ketika Terjadi Letusan Gunung Toba

27 Mar 2024 2 min read No comments Berita
Featured image

Letusan Gunung Toba menjadi yang paling dahsyat sepanjang sejarah dunia. Letusan yang terjadi sekitar 74.000 tahun yang lalu membuat iklim dunia terpengaruh parah termasuk melenyapkan banyak makhluk hidup. Lantas bagaimana orang-orang di seluruh dunia saat terjadi letusan Gunung Toba?
Pertanyaan menarik ini terjawab dalam sebuah studi yang dipublikasi di Nature, oleh peneliti dari Arizona State University (ASU) yaitu Curtis Marean, Christopher Campisano, dan Jayde Hirniak dengan mengidentifikasi situs Shinfa-Metama 1.

Pecahan Kaca yang Memiliki Kandungan Kimia Cocok dengan Toba
Letusan Gunung Toba yang dahsyat ini meninggalkan kaldera yang sangat luas, yang kini dikenal sebagai Danau Toba di Sumatra Utara.

Meski sangat jauh, peneliti menemukan bahwa bukti letusan gunung ini ada di dataran Afrika. Pada situs Shinfa-Metema 1 di Ethiopia barat laut, peneliti mengungkap pecahan-pecahan kaca yang kandungan kimianya sama dengan Toba.

Pecahan kaca yang ditemukan menggunakan metode cryptotephra yakni pecahan kaca vulkanik khas yang ukurannya berkisar antara 80-20 mikron, lebih kecil dari diameter rambut manusia.

Untuk mengekstrak pecahan mikroskopis dari sedimen arkeologi membutuhkan kesabaran dan perhatian besar terhadap detail.

Dengan metode ini, para peneliti dapat menghubungkan situs-situs arkeologi dari berbagai lokasi dengan resolusi waktu yang sangat tinggi, juga membantu memahami lebih dalam perjalanan manusia purba di masa lalu.

“Mencari cryptotephra di situs arkeologi ini seperti mencari jarum di tumpukan jerami, tetapi tidak mengetahui apakah ada jarumnya. Namun, memiliki kemampuan untuk mengkorelasikan situs-situs yang terpisah sejauh 5.000 mil, dan mungkin lebih jauh lagi, dalam waktu beberapa minggu, bukan ribuan tahun, menjadikan semuanya berharga,” kata Christopher Campisano, ilmuwan peneliti di Institute of Human Origins dan profesor di School of Human Evolusi dan Perubahan Sosial, dikutip dari EurekAlert.

Peneliti mengatakan, bukti ini menunjukkan bagaimana manusia modern awal bertahan hidup setelah letusan Toba.

Fleksibilitas perilaku orang-orang ini tidak hanya membantu mereka bertahan hidup melalui dahsyatnya letusan Toba tetapi mungkin juga memfasilitasi penyebaran manusia modern ke luar Afrika dan seluruh dunia.

“Studi ini mengkonfirmasi hasil dari Pinnacle Point di Afrika Selatan – letusan Toba mungkin telah mengubah lingkungan di Afrika. Namun masyarakat beradaptasi dan bertahan dari perubahan lingkungan yang disebabkan oleh letusan tersebut,” kata Marean, ilmuwan peneliti di Institute of Human Origins dan Profesor Yayasan di Sekolah Evolusi Manusia dan Perubahan Sosial.

Manusia Purba Beradaptasi Sangat Baik dengan Lingkungan Baru
Tak hanya karena letusan Gunung Toba, manusia purba juga terbukti menyesuaikan apa yang terjadi pada lingkungannya.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada gigi fosil mamalia dan cangkang telur burung unta di situs Shinfa-Metema, manusia diketahui menempati wilayah tersebut selama musim kemarau yang panjang.

Ketika aliran sungai berhenti selama musim kemarau maka manusia akan berburu hewan dan jika kubangan semakin menyusut maka penangkapan ikan akan menjadi lebih mudah, kubangan air tersebut juga akan menjadi minum mereka.

Kemudian jika kubangan semakin menyusut dan menipisnya ikan untuk dimakan, maka manusia bermigrasi kembali ke tempat-tempat dengan tersedianya makanan.

“Ketika orang-orang kehabisan makanan di dalam dan di sekitar kubangan air pada musim kemarau tertentu, mereka mungkin terpaksa pindah ke kubangan air yang baru,” kata John Kappelman, seorang profesor antropologi dan ilmu bumi dan planet UT dan penulis utama penelitian ini.

Selain itu, terdapat juga tulang yang memiliki tanda pemotongan yang berarti bahwa orang-orang di situs tersebut berburu hewan-hewan darat, juga terdapat bukti yang menandakan bahwa mereka juga memasak makanan.

Sumber: detik.com

Author: 1toba

Share:

Tinggalkan Balasan