“Sa, antar om ke kios ya (saya antar om ke kios ya),” ujar Elis ramah. “Oh boleh,” saya menanggapinya.
Lalu lima bocah berarak mengikuti saya menuju warung. Kami berkenalan. Elis menjadi pimpinan mereka. Anak berusia sembilan tahun ini mengenalkan “pasukannya” kepada saya.
“Sa, Elis kelas dua SD di Kampung Swandarek. Ini adik sa, Ira usianya lima tahun. Ini Aldano sa pu adik juga, enam tahun usianya. Yang paling kecil Razien, usianya baru satu tahun. Ini adik sa semua,” kata Elis menjelaskan. Bocah itu melanjutkan ceritanya. Elis masih punya empat kakak.
Saya tergelak mendengar penjelasan Elis yang begitu ramah kepada orang asing. Elis dan adik-adiknya menyambut saya dan rombongan ketika kapal cepat kami bersandar di Kampung Swandarek, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Kampung Swandarek adalah salah satu desa wisata yang bisa dikunjungi wisatawan saat ke Raja Ampat.
Jangan bayangkan desa wisata di sini seperti di Pulau Jawa atau daerah lainnya di Indonesia. Kampung Swandarek masih asri. Bukan desa wisata yang sudah tersentuh “penataan” dan berhias aneka ornamen.
Kampung Swandarek punya pantai pasir putih yang indah. Air laut begitu bersih dan jernih. Di sini salah satu spot snorkling buat pemula di Kabupaten Raja Ampat. Wisatawan seperti melongok ke dalam aquarium kaca dan melihat beragam jenis ikan berenang bebas. Bahkan ikan hiu pun terlihat berenang di pinggir pantai.
Wisatawan yang datang ke tempat ini bebas berenang atau menyelam dengan aman. Warga Desa Wiasta Swandarek paham betul kelestarian alam. Mereka menjaga aset paling berharga: laut. Keramahan penduduknya membuat siapapun nyaman berkunjung.
Hampir dua tahun pandemi Covid-19 menghantam, mereka juga terdampak. Kini status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM di Raja Ampat, Papua Barat, sudah turun menjadi PPKM level 2. Aktivitas wisata di tempat ini kembali menggeliat.
Penduduk Desa Wisata Swandarek semringah menyambut wisatawan yang datang. Secercah harapan untuk kembali menawarkan apa yang mereka punya dan segala yang mereka bisa demi menyambung hidup. Bahkan sekadar bercengkrama seperti Elis beserta pasukannya dengan saya, pun cukup bahagia.
sumber: tempo.co
Tinggalkan Balasan