Pernah mendengar SvargaBumi? Ya, destinasi wisata baru Jawa Tengah yang sedang nge-hits ini terus menunjukkan pesonanya di mata para pelancong.
Baik itu dari wisatawan lokal, maupun wisatawan nusantara berbondong-bondong mengunjungi destinasi wisata yang dekat dengan Candi Borobudur. Lalu bagaimana SvargaBumi tercipta?
“SvargaBumi adalah keindahan serpihan surga yang ada di bumi. Konsep awalnya seperti itu ingin daerah ini sebagus layaknya surga.”
“Dari hasil riset, kami ingin membuat wisata second layer setelah Candi Borobudur dengan konsep pelestarian alam dengan tema wisata sawah swafoto, di mana sawah bisa naik kelas,” ujar Putranto Cahyono saat menerima kunjungan Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) baru-baru ini.
Dari petani untuk petani
SvargaBumi mulai dibuka pada 8 Agustus 2020, kendati begitu, ternyata Putranto Cahyono menempuh proses panjang untuk menghadirkan destinasi wisata alam di dekat Candi Borobudur.
“Selama riset sejak Juli 2019, kami memberikan edukasi kepada para petani tentang konsep yang kami ajukan. Terutama dengan tiga hal yang kami punya,” terang pria yang akrab disapa Pungky ini.
© Disediakan oleh Medcom.id image medcom
Founder SvargaBumi, Putranto Cahyono atau kerap disapa Pungky. (Foto: A. Firdaus)
Tiga hal tersebut meliputi ketahanan pangan dengan tujuan agar sawah tetap produktif. Kemudian memberdayakan masyarakat sekitar, di mana hampir 100 persen Pungky merangkul warga lokal untuk bisa ikut berpartisipasi mengangkat wisata ini.
“Kemudian bareng-bareng dengan para petani untuk menciptakan ekonomi kreatif. Dalam artian, sawah itu menjadi tempat wisata ini. Salah satunya, saya menyewa sawah ini ke petani yang memilikinya,” terang Pungky.
“Tak hanya kami sewa, mereka para petani dan penggarap juga kami kasih bibit, pupuk, dan pengairan. Tak hanya itu, hasilnya kami berikan kembali ke mereka. Tentunya agar persawahan ini bisa dijaga bersama dan kita sama-sama merawatnya,” tegasnya.
22 spot foto instagramable
Persawahan yang memiliki luas 3 hektare ini dikemas dengan nuansa modern. Dari area itu terdapat tiga zona yang terbagi di SvargaBumi.
“Ketiga zona ini kami sesuaikan dengan pola tanah. Jadi pola tanam satu yang berarti baru tanam, pola tanam dua yang remaja, dan pola tanam tiga yang mau panen. Kemudian kami sesuaikan dengan spot-spot yang ada,” terang Pungky.
© Disediakan oleh Medcom.id image medcom
Spot pertama yang ditemui pengunjung. Sebuah pintu dengan latar sawah. (Foto: A. Firdaus)
Sedangkan untuk tempat berswafoto, ada 22 titik untuk pengunjung sambangi dan mengekspresikan pose terbaiknya. Seperti tempat tidur, ayunan di antara dua pohon kelapa, hingga bed terbang atau tempat tidur yang menggantung.
© Disediakan oleh Medcom.id image medcom
Ide menarik buat kaum rebahan yang ingin nyantai di tengah sawah. (Foto: A. Firdaus)
Dari 22 spot itu, ayunan menjadi yang paling banyak digunakan orang. Selain itu, tempat tidur menggantung juga kerap dijadikan tempat pengunjung berfoto ria.
Yang menarik dari SvargaBumi adalah latar belakang yang memukau. Jika cuaca mendukung, kamu akan melihat puncak Candi Borobudur di arah utara. Mengarah ke selatan, ada Bukit Monoreh, dan pada pagi hari jika cuaca cerah, Gunung Merapi akan menyapa dirimu.
Masa depan SvargaBumi
Meski belum genap dua bulan dibuka, beberapa tambahan spot atau program bakal digarap Pungky ke depannya. Meski pada akhirnya, ia takkan keluar dari konsep awal, yaitu pelestarian alam.
“Kami tetap wisata sawah swafoto dengan konsep pelestarian alam. Walaupun nanti ada penambahan spot, kami takkan keluar dari jalur itu. Ke depannya juga ada wisata edukasi bercocok tanam dan mengangkat kearifan lokal,” jelas Pungky.
© Disediakan oleh Medcom.id image medcom
Bentangan sawah yang telah panen, jadi salah satu pola yang terjadi di SvargaBumi. (Foto: A. Firdaus)
Selain itu, Pungky mengaku enggan untuk membuka kafe dan homestay atau penginapan di area SvargaBumi. Ia lebih memberikan kesempatan untuk warga sekitar membuka homestay agar ekosistem di sekitaran SvargaBumi tetap lestari.
“Kalau homestay dan kafe kami tidak akan menyediakan, karena kami bilang kepada masyarakat sekitar, kalau kami itu tujuannya sebagai pelengkap bukan sebagai kompetitor. Jadi kalau ada pengunjung yang ingin menginap maka kami arahkan ke warga sekitar,” terang Pungky.
Protokol kesehatan
Membuka SvargaBumi dalam kondisi Pandemi Covid-19, Pungky sudah menyadari apa yang harus dilakukan. Beberapa peraturan memasuki SvargaBumi pun wajib diterapkan oleh pengunjung yang datang.
Saat masuk Yang pasti, menurut Pungky, pengunjung sudah harus melakukan pengecekan suhu tubuh. Selain itu di sini juga ada beberapa tempat pencucian tangan, penggunaan wajib masker, hingga pembatasan pengunjung.
© Disediakan oleh Medcom.id image medcom
SvargaBumi dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan (Foto: A. Firdaus)
“Untuk pengunjung saat weekdays 100-200 pengunjung dan weekend sekira 500 orang. Selama Covid-19 kami mengalir saja, karena di dalam area ada pembatasan pengunjung maksimal 300-400 orang,” ujar Pungky.
“Sedangkan beberapa hal yang dilarang di sini adalah, jangan menyampah, dilarang merokok. Jadi di sini kita harus menjaga kebersihan biar sawahnya itu enggak rusak. Kalau mau makan, ada satu tempat di bawah yang khusus untuk makan setelah makan harus langsung dirapikan,” sarannya.
SvargaBumi© Disediakan oleh Medcom.id image medcom
Jl Borobudur-Ngadiharjo, Sawah, Borobudur. Kec. Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Harga Tiket:
Dewasa: Rp25 ribu
Anak-anak: Rp15 ribu
Buka:
Senin-Rabu & Jumat: 08.00 WIB – 17.00 WIB
Sabtu-Minggu: 06.30 WIB – 17.30 WIB
(Kamis Tutup)
sumber: medcom.id
Tinggalkan Balasan