Prof Curtis Ungkap Hasil Studi Terbaru Letusan Gunung Toba di Sumut

28 Mar 2024 2 min read No comments Berita
Featured image

Profesor Curtiz Marean dari Arizona State University melakukan studi tentang ledakan gunung Toba di Sumatera Utara (Sumut). Gunung Toba ini merupakan cikal-bakal lahirnya Danau Toba.
Dalam studinya Prof Curtis mengatakan berdasarkan penggalian arkeologi di wilayah di tanduk Afrika, khususnya Shinfa-Metema 1 di barat laut Ethiopia.
Marean dan rekannya menemukan pecahan kaca vulkanik kecil yang dikenal sebagai cryptotephra di situs tempat tinggal manusia, dan pendudukan situs tersebut berlanjut setelah lapisan tempat partikel ditemukan diendapkan.

“Studi ini mengkonfirmasi hasil dari studi Pinnacle Point di Afrika Selatan yang menyebutkan bahwa letusan Toba mungkin telah mengubah lingkungan di Afrika, namun masyarakat beradaptasi dan bertahan dari perubahan lingkungan yang disebabkan oleh letusan tersebut,” kata Marean dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari IFL Science dikutip dari detikInet.

Situs Shinfa-Metema 1 bisa memiliki implikasi yang lebih dalam, menurut Marean dan rekannya. Penjelasan standar mengenai ekspansi manusia modern, spesies Homo lainnya, dan bahkan mamalia besar lainnya ke luar Afrika adalah bahwa mereka mengikuti ‘koridor hijau’ selama periode basah yang mengubah wilayah yang biasanya terlarang seperti Gurun Sinai menjadi rerumputan.

Namun, Shinfa-Metema 1, yang berada di tepian anak sungai Nil, menceritakan kisah berbeda. Hampir 16 ribu keping batu terkelupas, sebagian besar berukuran sangat kecil, telah ditemukan di satu petak kecil, yang menunjukkan keberadaan manusia dalam jangka panjang.

Penanggalan menunjukkan bahwa wilayah itu ditempati ketika kondisi di wilayah tersebut sedang kering. Bahkan ketika sungai tidak mengalir, dasar sungai menjadi serangkaian lubang air, dan manusia bertahan hidup dengan berburu hewan yang datang untuk minum, meskipun mungkin tidak sportif.

Konsumsi ikan meningkat pada masa-masa ini, mungkin karena ikan lebih mudah ditangkap seiring turunnya permukaan air. Toba mungkin menyebabkan musim kemarau yang ekstrem di bagian timur laut Afrika. Peralatan batu berbentuk segitiga yang ditemukan di Shinfa-Metema 1 dari sekitar zaman Toba dianggap sebagai bukti panahan tertua di dunia.

“Ketika masyarakat kehabisan makanan di dalam dan sekitar sumber air pada musim kemarau, mereka kemungkinan besar terpaksa pindah ke sumber air baru,” kata Profesor John Kappelman.

“Sungai musiman berfungsi sebagai ‘pompa’ yang menyedot populasi melalui saluran dari satu lubang air ke lubang air lainnya, sehingga berpotensi mendorong penyebaran ke luar Afrika,” ujarnya.

Alih-alih ‘koridor hijau’, manusia mungkin bermigrasi ke pinggiran Afrika melalui ‘jalan raya biru’, dan akhirnya menemukan titik untuk dilintasi.

“Skenario ini memungkinkan populasi yang menyebar akan berkurang jumlahnya dan mungkin terkait dengan rendahnya keragaman genetik manusia modern yang meninggalkan Afrika,” para penulis mencatat.

Tim meragukan mereka yang meninggalkan jejaknya di Shinfa-Metema 1 adalah orang-orang yang melakukan migrasi besar-besaran, atau bahkan nenek moyang mereka. Namun demikian, mereka berpendapat bahwa keterampilan yang dikembangkan oleh populasi ini adalah hal yang umum di antara para penyintas di tempat lain di Afrika, termasuk yang berada di dekat titik penyeberangan potensial ke Asia.

Sumber: detik.com

Author: 1toba

Share:

Tinggalkan Balasan